Si Amin Bisa Bebas Melanggar Etika Berpolitik Karena Paling Islami, Dan Tuhan Harus Menuruti Ramalannya

loading...






Jika suatu kelompok berhak menyandang Islam lalu merasa paling benar, kemudian semaunya mengatur ini itu, dan merasa berhak menghukum orang-orang yang di luar kelompoknya, maka ini urusannya bagaimana?. Apakah pembaca tidak merasa ada kelompok seperti itu di negeri ini?.

Tagar 2019 ganti presiden mereka gaungkan padahal belum memasuki masa kampanye, dan mereka mengatakan ini adalah perjuangan konstitusi dan hak sebagai warga negara, meski telah dikritisi, kelompok ini merasa tetap benar, karena itulah dedengkotnya yang bernama Mbah Amin terus menerus berkoar-koar, bahkan memaksa ramalannya terwujud. Sudah berlagak seperti wakil Tuhan di bumi dan paling paham Islam, sehingga seenaknya menggunakan mimbar-mimbar untuk menjelek-jelekkan Jokowi.


Jokowi dituduh bersalah, karena itulah kelompok ini dengan para dedengkotnya merasa paling benar. Hanya mereka mengklaim diri punya hak berpolitik dan hak sebagai umat Islam, ya! Hanya mereka berhak mengaku sebagai umat Islam, cobalah lihat si Ratna juga menggunakan pengakuan itu saat debat, ini semua agar mereka-lah paling benar, karena pengakuan agama telah disandangnya, apa yang telah terjadi pada Pilkada DKI 2017, telah membuat mereka semakin percaya diri menyandang label “Paling Islami”.

Dengan mengaku paling beragama atau paling Islami, mereka menggagalkan Ahok jadi gubernur, sorak-sorak pun terjadi, tak ketinggalan pekikan takbir dikumandangkan, agar meyakinkan bahwa merekalah yang paling Islami dan fasih memekikkan takbir keras-keras, Jadi jangan macam-macam dengan kelompok yang mengaku Islami ini. Salah sedikit, ente jadi bulan-bulanan.

Pokoknya diluar dari kelompok mereka adalah sesat dan menyesatkan, maka itu tidak layak dipilih menjadi Capres dan Cawapres dalam rakornas. Bahkan diluar dari kelompok yang mengaku paling Islami ini tidak layak menduduki jabatan di negeri ini. Pokoknya kita tak pernah dianggap deh, mungkin kalau mereka berhasil, tamatlah riwayat kita, kita akan mengungsi ke negeri orang, dan tidak ada yang menerimanya, karena mereka sangat besar dan paling islami, bahkan ke Arab saja bisa berlama-lama, kita malah kesulitan diterima di Arab dan bahkan Israel saja melarang kita masuk ke negaranya.

Lihatlah, betapa dahsyatnya perjuangan mereka, dengan modal mengaku paling beragama mereka bebas memfitnah Jokowi, mereka bebas membuat tagar, mereka bebas menuduh komunis dan menafsirkan lambang logo BI dengan lambang PKI. Pokoknya apa yang mereka wacanakan, kita harus mengalah, karena kita enggan mau mengaku paling islami. Dan hanya mereka punya massa yang paling banyak, sementara kita tidak jelas massanya dimana.

Kita tidak akan pernah dianggap saudara sebangsa, karena itulah cara berpolitik mereka pun bisa melanggar etika, apa saja tuduhan kotor mereka bisa lontarkan, kita takkan akan mampu menggunakan akal sehat dan logika berpikir jernih, karena itulah debat-debat yang sering mereka ikuti, tak perlu pakai data atau argumentasi logis, cukup angkat kaos yang sudah bertuliskan tagar ganti presiden, pokoknya semua ayat-ayat yang sudah jelas tafsirnya, merekalah yang berhak menggunakannya, kalau kita menggunakan ayat-ayat untuk menjelaskan makna, mereka cukup berkata “Hah…itu ulama peliharaan Istana”.

Jadi jangan coba-coba mengkritik ulama mereka, bisa babak belur, karena ulama mereka itu sudah dilantik ulama paling suci, dan si Mbah Amin pun sudah dilantik bebas dari kesalahan, karena itulah dia bebas nunjuk-nunjuk foto Presiden Jokowi seperti anak yang berkacamata tidak waras itu yang telanjang dada yang nunjuk-nunjuk hendak lucu-lucuan.

Bagi si Mbah Amin, apa yang dilontarkan di atas mimbar-mimbar, tidak perlu berdasarkan teks-teks suci, malah teks-teks suci itu harus membenarkan apa yang si Mbah ucapkan di atas mimbar itu. Misalnya pada ayat 216 dari Surah Al-baqarah :

“…..Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Pokoknya kebenciannya pada Jokowi dilontarkan saja, bagi si Mbah, tidak ada yang baik dari Jokowi, semuanya jelek, karena itulah bebas melanggar etika, cukup mengaku sangat Islami dan pernah menjadi ketua ormas Islam serta punya partai yang islami adalah modal paling kuat untuk berbuat seenaknya bebas hambatan.

Kalau Nabi Musa dan Harun diperintahkan Allah agar berbicara lemah lembut kepada Fir’aun seperti ayat berikut dari surah Thaha:


اذْهَبْ أَنْتَ وَ أَخُوكَ بِآياتي‏ وَلا تَنِيا في‏ ذِكْري

42. Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku;

اذْهَبا إِلى‏ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغى‏

43. Pergilah kamu berdua kepada Fira‘un, sesungguhnya dia telah melampaui batas;

فَقُولا لَهُ قَوْلاً لَيِّناً لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشى‏

44. maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat(sadar) atau takut.”

Bagi si Mbah, malah diperintahkan Tuhan agar kasar dan tidak perlu menggunakan etika, dan Tuhan harus mengabulkan ramalannya, karena dia dan kelompoknya sudah mengaku paling Islami, sudah mengaku membela Allah dan agama, meski Allah tidak meminta mereka membelanya, dan juga pernah membela Alquran, meski AlQurannya mungkin tidak minta dibela juga, meski apa yang dilakukan tidak perlu merujuk atau berpedoman pada Quran, pokoknya hanya mengaku saja paling Islami, dan yang menentang cukup dituduh sesat, kalau bukan, tuduh saja komunis dan PKI yang membahayakan.

Bukan begitu waha para cebong?, jadi jangan harap memasang tagar #2019NantiPresiden adalah gerakan yang Islami, karena mereka yang menentukan siapa yang Islami dan siapa yang bukan. Ajeeebbbbb…. Bahkan teriakan Takbir, kita tak diberi hak, hanya mereka yang berhak meneriakkan takbir keras-keras, kita mah cukup dalam hati saja.



0 Response to "Si Amin Bisa Bebas Melanggar Etika Berpolitik Karena Paling Islami, Dan Tuhan Harus Menuruti Ramalannya"

Posting Komentar