loading...
Fadli Zon sedang gencar-gencarnya menggagas pansus tentang Tenaga Kerja Asing (TKA). Dia sekarang sedang dalam tahap mengumpulkan tanda tangan dari minimal dua fraksi (ini sudah tercapai karena diusung oleh Fraksi Gerindra dan Fraksi PKS), dan 25 orang anggota dewan.
Menurut berita yang saya baca di viva.co.id, anggota dewan yang sudah membubuhkan tanda tangannya baru 6 orang. Fadli berkilah bahwa ini karena saat ini DPR sedang dalam masa reses, jadi masih banyak anggota dewan yang berada di luar.
Lucunya, Fadli Zon mengklaim bahwa Cak Imin (Muhaimin Iskandar) sudah ok (setuju) dengan usulan pansus TKA ini. Klaim ini lantas disanggah oleh Wasekjen PKB Daniel Johan. Menurut Daniel, kemungkinan Fadli Zon salah dengar, karena yang disetujui oleh Cak Imin adalah panja, bukan pansus. Sebelumnya, bahkan Ketua DPR, Bambang Soesatyo sudah menilai bahwa tidak ada urgensinya untuk membentuk pansus. Tapi, gimana ya, kalau nggak ngeyel ya bukan Fadli Zon namanya.
Nah, kemarin dari pemberitaan beredar sebuah pernyataan tertulis dari anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Adian Napitupulu, yang juga Sekjen Perhimpunan Nasional Aktivis 98 (PENA 98) bertajuk “Soeharto Bapak Tenaga Kerja Asing”. Saya baru menemukan artikel dari 2 media mainstream yang menuliskannya, yaitu gatra.com dan tribunnews.com. Di dalam pernyataannya itu Adian menjelaskan sejarah masuknya TKA ke Indonesia dan kenapa pansus TKA itu semacam salah alamat jika ditujukan ke Presiden Jokowi. Adian juga menyebut Fadli Zon sebagai pahlawan kesiangan karena lagaknya dan mempertanyakan apakah Fadli Zon lupa atau pura-pura tidak tahu sejarah.
Di dalam pernyataannya Adian mengingatkan pada sejarah yang asal mulanya dari jaman Presiden Soeharto. Tidak lupa Adian juga menyebut Soeharto sebagai (mantan) mertua Prabowo. Bahwa embrio dari masuknya TKA adalah keputusan yang diambil oleh Presiden Soeharto saat bergabung di dalam APEC (Asia – Pacific Economic Cooperation) pada tahun 1989. Pada tahun 1994, pertemuan APEC di Bogor menghasilkan “Bogor Goals” yang mendorong investasi terbuka di Asia Pasifik, dengan target dimulai pada 16 tahun kemudian, yaitu pada tahun 2010.
Soeharto juga memutuskan bahwa Indonesia bergabung dengan AFTA (Asean Free Trade Area) yang dibentuk pada tahun 1995. AFTA ini cikal bakal MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) dengan menargetkan pasar bebas dimulai pada tahun 2015. Pelaksanaan AFTA kemudian jadinya adalah pada tahun 2002.
Pada tahun 2001 di Brunei, dibentuklah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area). Penandatangan perjanjian itu mulai dilakukan pada tahun 2002, sedangkan perdagangan bebas yang sudah disetujui dimulai pada 1 Januari 2010.
Adian kembali menegaskan bahwa “Berangkat dari sejarah panjang lahirnya Pasar Bebas Barang, Jasa dan Tenaga Kerja di Indonesia yang di mulai dari tahun 1989 tersebut di atas, maka sepertinya pantas jika Soeharto diangkat menjadi Bapak Tenaga Kerja Asing.”
Adian kemudian menanyakan apakah Fadli Zon punya keberanian untuk mempansus-angketkan Soeharto yang notabene adalah mertua Prabowo? Dan apakah bisa DPR mempansus-angketkan orang yang sudah meninggal dunia? Lalu, kenapa Fadli Zon yang diangkat Soeharto menjadi anggota MPR dan dilantik pada tanggal 19 Agustus 1997 tidak menolak pelaksanaan dan keputusan-keputusan Soeharto terkait pasar bebas? Artinya, kok baru sekarang dipermasalahkan, padahal yang namanya TKA pun di jaman Presiden SBY juga sudah banyak. Padahal juga Perpres nomor 20 tahun 2018 yang dibuat oleh Presiden Jokowi justru mengetatkan peraturan masuknya TKA, bukannya membuka pintu selebar-lebarnya.
Akhirnya Adian pun mengkritik Fadli Zon sebagai orang yang terbukti tidak pernah konsisten. “Mulutnya menolak komunisme tapi tangannya mengantar mawar merah ke makam Karl Marx, mulutnya menolak Komunis tapi tangannya merangkul patung Lenin dan meyebut Lenin dengan kata Kamerad yang berarti saudara se partai.”
Selengkapnya pernyataan Adian Napitupulu bisa dibaca di link berikut ini :
http://makassar.tribunnews.com/2018/04/30/jelang-may-day-sekjen-pena-98-sebar-tulisan-singgung-fadli-zon-dan-soeharto?page=all
https://www.gatra.com/rubrik/nasional/320373-adian-fadli-zon-pahlawan-kesiangan-soal-tka
Anak kecil pun tahu dan setuju dengan penilaian Partai Golkar yang menolak ikut pansus karena isu TKA kelihatan sekali dipolitisir. Bahkan sebelumnya Presiden Jokowi juga menyatakan hal senada. Sehingga kalau ada yang dengan semangat membara membentuk pansus, penilaian rakyat seperti saya ini juga jadi lebih mengarah ke rese? Atau nyinyir saja? Atau bisa jadi benar-benar lebih bersifat politis ketimbang ngurusin rakyat? Ya begitulah, silakan pembaca menilai juga.
(Sekian)
0 Response to "Fadli Zon Dibuka Topengnya, Disebut Pahlawan Kesiangan Yang Terbukti Tidak Pernah Konsisten! Makjleb!"
Posting Komentar