loading...
Rini Soemarno adalah nama yang terdengar bermasalah sejak dulu. Setiap ada skandal besar, namanya tersangkut. Akan tetapi, Rini begitu sakti. Semua rumor tentangnya mentah saja. Ia melenggang bebas sebagai menteri. Hanya pernah digeser, tapi tak sampai dicopot.
Ilmu kebal Rini ini teruji dalam banyak kasus. Padahal publik tahu, kinerjanya tak bagus-bagus amat. Faisal Basri adalah orang yang sangat geram dengan kebijakan-kebijakan Rini. Rizal Ramli juga pernah bermasalah dengannya. Dan sudah menjadi rahasia umum, PDIP, partai pendukung Jokowi gerah sejak lama.
Persoalan yang membelit Rini pertama kali pada pemerintahan Megawati. Dulu ia memang dekat dengan Megawati meski bukan kader partai. Oleh karena itulah ia didapuk sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan di Kabinet Gotong Royong. Kasus yang disinyalir penuh pat-gulipat itu adalah ketika kementeriannya membeli pesawat Sukhoi dengan dana dari Bulog. Kepala Bulog pada era Gusdur adalah Rizal Ramli, di bawah kendalinya Bulog untung lima triliun. Uang itulah yang digunakan Rini untuk membeli pesawat tanpa proses budgeter.
Nama Rini juga disebut dalam kasus yang bikin heboh dunia, Panama Papers. Namanya tercantum di sana sebagai pemegang saham di perusahaan offshore One World Limited Investment dan First Union Consultant Limited. Persis seperti nama-nama lain, ada indikasi penggelapan pajak di sana. Tak tertutup kemungkinan masuk pula uang haram yang tak terdeteksi ke dalamnya.
Kasus Pelindo II juga begitu anyir. Negara konon dirugikan sebesar 4,1 triliun rupiah. Kasus ini berkaitan dengan pengoperasian terminal petikemas Jakarta International Container Terminal (JICT) yang dilakukan oleh PT Pelindo II dengan Hutchison Port Holdings (HPH). Rini Soemarno selaku Menteri BUMN mengeluarkan izin prinsip terhadap kontrak.
Yang aneh, perpanjangan kontrak itu mestinya dilakukan tahun 2019, tapi Rini melakukannya pada tahun 2015. Tentu ini sangat ganjil, persis seperti kelakuan SBY memperpanjang kontrak Freeport sebelum jatuh tempo. Dan audit BPK menemukan indikasi kerugian tadi. Itu baru audit tahap pertama. Sampai sekarang kasus ini masih diusut KPK dan belum ada kejelasannya.
Kasus lain terkait Pelindo II adalah soal korupsi pengadaan Quay Container Crane (QCC). Ini kasus lebih tua, yakni terjadi tahun 2010. Nama yang dikejar soal korupsi pengadaan crane Pelindo II ini adalah RJ Lino, orang ini juga dikabarkan berhubungan dekat dengan Rini Soemarno.
Kasus-kasus di atas tadi hanya sebagian contoh saja, bahwa menteri Jokowi satu ini memang terlihat bermasalah. Namun sejauh itu, Jokowi tidak melakukan apapun terhadapnya. Barangkali menimbang praduga tak bersalah. Selama tidak terbukti, ia tetap berhak menduduki kursinya. Persoalannya, di tahun politik ini nama Jokowi dipertaruhkan.
Rini mirip kerikil dalam sepatu. Dulu mungkin jasanya cukup besar memenangkan Jokowi. Konon ia juga memegang beberapa ketua relawan. Posisinya dalam pemenangan Jokowi tahun 2014 sangat penting. Oleh sebab itu dulu ia ditunjuk sebagai Kepala Staf Kantor Transisi Jokowi-JK. Banyak yang protes, tapi dia jalan terus.
Ini mungkin ujian yang berat bagi Jokowi. Penggeseran posisi Rini dahulu dalam kabinet adalah sebagai upaya teguran atas kinerja beberapa menteri, termasuk Rini. Kasus-kasus di atas semakin bertambah runyam ketika bocoran pembicaraan Rini dan Dirut PLN Sofyan Basir menyebar ke ranah publik. Isi percakapan itu tentang pembagian fee. Memang sudah ada penjelasan, fee yang dimaksud di sana adalah bagian saham bagi BUMN yang hanya 15% dibagi dua PLN dan Pertamina. Namun rumor itu berkembang lebih liar.
Di rekaman itu Sofyan menyebut nama kakak Rini, yaitu Ari Soemarno. Ia adalah orang kuat di bidang migas. Nama ini juga dinilai bermasalah sejak lama. Mulai dari keikutsertaannya di Petral, sampai mendirikan Integrated Supply Chain (ISC) di tahun 2008. ISC ini mempunyai banyak catatan hitam, seperti yang dikemukakan oleh Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman.
Proyek yang dibicarakan dalam percakapan yang bocor itu digagas oleh Kalla Group, milik Pak Wakil. Dari sini publik mencurigai ada bau tak sedap di sana.
Kabar baiknya, di tahun politik ini, geger soal Rini itu tidak mempengaruhi elektabilitas Jokowi. Mungkin publik menilai, persoalan BUMN adalah urusan orang atas. Pihak oposisi juga tidak terlalu tertarik untuk menyerangnya. Mungkin karena melihat PDIP sudah sejak lama melakukan itu. Dan mereka tidak berhasil.
Kesaktian Rini terus teruji dari masa ke masa. Kinerjanya biasa saja, bahkan menurut Faisal Basri, buruk. Namun namanya begitu kuat menancap di Kabinet Kerja. Ada yang mengaitkan Rini dengan nama Pak Wakil. Ia adalah alasan utama kenapa Rini memiliki daya kekebalan yang begitu luar biasa. Ia juga yang menyebabkan si Raja Kepret terpental ke luar arena.
Dalam hal ini saya melihat Jokowi menunggu reaksi rakyat. Ia butuh dorongan energi besar untuk melakukan pencopotan. Karena ada hambatan besar di belakangnya. Maka tulisan ini dibuat untuk melambungkan suara terpendam itu. Menabuh genderang keras-keras agar suara gaduh ini sampai padanya.
0 Response to "Menguji Kesaktian Rini Soemarno untuk Kesekian Kali"
Posting Komentar