Ciut Dan Kalap? Fadli Zon Kena Gertak Presiden Jokowi!

loading...






Siapa yang bilang Presiden Jokowi lemah? Seseorang yang menjadi panglima tertinggi TNI, disebut lemah? Nyang boneng! Terkait dengan aksi terorisme yang baru saja mengguncang Surabaya dan Indonesia, Presiden Jokowi bisa saja mengerahkan seluruh tentara untuk menyisir dan menangkapi semua terduga teroris di seluruh Indonesia.

Namun langkah ini bukan langkah yang cerdas, karena payung hukumnya tidak membuat langkah ini efektif, juga tidak efisien karena penangkapan besar-besaran yang tidak fokus malah akan menimbulkan masalah baru di bidang penyidikan, dan tentu saja hal ini akan menimbulkan efek samping rasa ketakutan dan ketidaknyamanan dari seluruh rakyat Indonesia. Belum lagi soal HAM, pasti akan banyak yang teriak masalah HAM, dan ini memberi celah baru untuk timbulnya banyak masalah baru yang bisa merembet sampai ke politik. Jadi sasaran empuk para lawan politik Jokowi.


Pemberantasan terorisme itu harus dilakukan dengan cara smart, cerdas, efektif dan efisien. Nggak kayak menangkap keong atau membasmi tikus yang sudah jelas wujud dan bentuknya. Seperti yang dikatakan oleh Kapolri, Jenderal Tito Karnavian, “Kita tidak bisa memproses hukum mereka yang datang dari Suriah karena mereka tidak ada pelanggaran lain, kita tidak memiliki UU yang kuat," dilansir katadata.co.id.

Namun bagi Fadli Zon, nggak rame kalo nggak berusaha menyindir. Sindiran itu diwujudkan dalam bentuk cuitan yang menyebut bahwa “Terorisme biasanya berkembang di negara yg lemah pemimpinnya, mudah diintervensi, banyak kemiskinan dan ketimpangan dan ketidakadilan yang nyata” (twitter.com, dengan penyempurnaan kata yang disingkat).

Cuitan ini sukses memang, sukses bikin heboh dan blunder. Karena aksi terorisme ada di hampir seluruh negara di dunia, termasuk negara-negara maju di Eropa dan tentu saja di Amerika Serikat, sebuah negara adidaya, yang punya senjata nuklir. Apakah pemimpin Amerika, Belgia, dan Perancis lemah? Pasti jawabannya tidak. Maksud hati menyindir Presiden Jokowi, eh ujung-ujungnya berbalik jadi senjata makan tuan bagi Fadli Zon maupun Partai Gerindra. Padahal sekarang lagi mau Pilkada, dan di 2019 ada Pileg dan Pilpres. Elektabilitas Gerindra bisa jadi terancam gara-gara cuitan blunder ini.

(okezone.com)

Setahu saya Presiden Jokowi sudah sejak 2016 mengajukan revisi UU Anti-terorisme dan minta disahkan oleh DPR. Waktu itu pasca bom Thamrin pada bulan Januari 2016. Bisa dilihat di artikel ini : https://www.rappler.com/indonesia/119739-pemerintah-ruu-pencegahan-terorisme

Sedangkan pasca aksi bom bunuh diri di Surabaya, saya kira kegeraman Presiden Jokowi sudah naik ke ubun-ubun, apalagi beliau melihat langsung ke lokasi kejadian dan para korban di rumah sakit setempat. Btw, Fadli Zon nggak ke Surabaya? Apakah takut? Kalah nyali sama Presiden Jokowi?

Kembali ke Presiden Jokowi, beliau pun memberikan ultimatum, kalau sampai belum disahkan juga, maka bulan Juni beliau akan mengeluarkan Perppu. Artinya beliau tidak mau juga serta merta menerbitkan Perppu, justru membiarkan DPR bekerja dulu sesuai dengan aturan yang ada. Ini bukan pemimpin yang lemah, kalau lemah sih nggak akan berani memberi gertakan dengan ultimatum itu.

Rupanya ada yang berasa kena senggol eh sentil. Fadli Zon pun memberikan tanggapan, katanya pemerintah tidak perlu menerbitkan Perppu. Katanya DPR sebenarnya sudah mau mengesahkan revisi UU Anti-terorisme pada masa sidang lalu. Dengan kalap Fadli Zon menuduh pemerintah yang menunda.

Padahal kita juga tahu kan masalahnya soal penggunaan kata “politik” di dalam pasal definisi terorisme. Saya kutip lagi, dilansir kompas.com, maunya DPR itu memasukkan frasa adanya motif atau kepentingan politik, ideologi atau ancaman terhadap keamanan negara di dalam batang tubuh. Sedangkan versinya pemerintah, tidak memasukkan frasa-frasa itu ke dalam batang tubuh UU dan memberikan keleluasaan yang lebih kepada penegak hukum di dalam melakukan proses penegakan hukum. Ya sudah lah DPR saja yang mengalah, selesai bukan?

Saya kira rakyat pun tidak keberatan jika polisi melakukan tindakan tembak di tempat terhadap para teroris ini. Yang mereka rencanakan dan sudah lakukan itu jauh lebih keji dan kejam, tanpa peri kemanusiaan, malah sudah seperti bukan manusia lagi. Kenapa mesti mengerucutkan sebuah definisi?

Nah, itu baru gertak dikit lho. Padahal Presiden Jokowi itu orangnya kalem. Tutur katanya pun sesuai adat Solo, halus dan bersahaja. Coba kalau bener-bener galak, bisa-bisa entar ada yang pingsan hehehe…

#KamiTidakTakutTeroris

#KamiBersamaPolri


0 Response to "Ciut Dan Kalap? Fadli Zon Kena Gertak Presiden Jokowi!"

Posting Komentar