loading...
Aksi biadab para teroris yang meledakkan bom di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur yang menewaskan belasan jiwa yang tidak bersalah itu, mengundang reaksi beragam dari berbagai pihak. Ada yang mengutuk kejadian itu, namun sebaliknya, ada pula yang menertawakannya yang menganggapnya sebagai sebuah kewajaran.
Berbagai ucapan belasungkawa atas aksi teror yang cukup memilukan itu mengalir dari berbagai pihak. Tidak hanya dari warga negara Indonesia, beberapa pemimpin dunia pun artis dan olahragawan, menyampaikan rasa sedih dan duka mereka atas apa yang dialami oleh saudara-saudara kita di Surabaya.
Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, misalnya, mengutuk keras serangan teror itu. Ia menyebut bahwa ancaman kelompok radikal ISIS masih sangat nyata. Turnbull menyampaikan rasa duka yang mendalam kepada seluruh rakyat Indonesia dan sahabat baiknya, Presiden Jokowi, atas kebrutalan, kebiadaban, dan ketidakmanusiawian itu.
Begitupun pimpinan tertinggi umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, turut menyampaikan rasa dukanya yang disertai dengan doa yang cukup menyejukkan. Ia mendoakan keselamatan jiwa bagi para korban. Paus berdoa agar aksi-aksi kekerasan serta kebencian terhadap sesama dapat terhapus dari hati setiap orang.
Dukungan serupa juga mengalir dari para tokoh politik bangsa ini. Secara kompak para elite tersebut menyatakan bahwa tindakan terorisme yang meledakkan tiga geraja secara bersamaan oleh teroris yang diduga dilakukan oleh satu keluarga itu, sebagai sebuah tindakan biadab dan keji yang tidak bisa dibenarkan dari sudut mana pun.
Di samping para pemimpin dunia dan para elite politik bangsa ini, kutukan yang sama juga datang dari orang-orang serta ormas yang selama ini bersuara keras untuk mendirikan negara khilafah di Indonesia, yang kerap menghina agama lain, dan yang bahkan diduga dekat dengan ISIS, pelaku bom Surabaya tersebut.
Sebutlah ustaz Felix Siauw, seorang aktivis HTI, yang selama ini begitu getol menyuarakan kekhilafaan dan anti-nasionalisme itu, mengunggah sebuah video yang mengutuk aksi teror di Surabaya. Ustaz mualaf dengan segala ucapan-ucapan provokatifnya selama ini, oleh para warganet dinilai “tidak tulus.”
Pun ustaz Bachtiar Nasir, juga ikutan (baca: latah) mengunggah videonya mengutuki serangan teror di Surabaya itu. Salah satu yang paling keras mengecam video yang diunggah oleh Bachtiar Nasir itu adalah intelektual muda NU, Guntur Romli. Dalam akun twitternya ia menulis:
Ada orang yang kirim bantuan mendukung konflik di Suriah, terus skrng bikin video mengecam aksi teror di Surabaya yg pelakunya adlh Alumni ISIS di Suriah, percaya? Saya tidak, ini cuma cuci tangan, jgn ikut menyebar-luaskannya, #Tindak Tegas Teroris
Saya mau viralkan video Bachtiar Nasir yang teriak-teriak dukung Khilafah ini, sekarang mau cuci tangan? #MenolakLupa (melampirkan sebuah video Bachtiar Nasir yang sedang bicara tentang khilafah)
Satu lagi, ada ormas yang selama ini dengan segala aksi brutalnya di berbagai tempat di Indonesia yang mengusik ketentaraman dan ketenangan warga, merilis sebuah surat resmi mengutuk bom Surabaya, yang mereka beri judul: “Pernyataan Sikap Front Pembela Islam (FPI) tentang Peledakan Bom di Sejumlah Gereja di Jawa Timur.”
Dari lima poin pernyataan ormas bentukan Habib Rizieq Shihab tersebut, saya agak geli membacanya. Karena jika kita mencoba mencocok-cocokkan segala tindak-tanduk FPI selama ini dengan kelima poin pernyataan yang mereka rilis, ada ketidaksesuaian antara pernyataan tersebut dengan pelaksanaan mereka sehari-hari.
Isi suratnya kira-kira begini, FPI menolak aksi teror terhadap umat beragama dan rumah ibadah, tidak mengaitkan aksi teror tersebut dengan salah satu agama, pihak keamanan segera bertindak, menyerukan kepada pemerintah agar tidak membiarkan penodaan agama, menghimbau agar seluruh pemeluk agama menjaga hubungan yang baik.
Dalam sebuah orasinya tentang peraturan di Papua yang menurutnya tidak berpihak kepada umat Islam, Habib Rizieq, dengan begitu lantangnya mengajak para pengikutnya untuk berjihad untuk membunuh seluruh pendeta dan umat Kristen. Pernyataannya itu lalu diamini oleh para simpatisannya dengan begitu meriah.
“Tidak usah tunggu pemerintah, kita berangkat jihad ke Papua. Siap berjihad? Siap berjihad? Kalau kalian ulangi lagi apa yang kalian lakukan, sampai ada darah Muslim yang tertetes, kita minta semua jihadis untuk berangkat. Bunuh semua pendeta yang terlibat! Siap berjihad?Siap berjihad? Berani bunuh pendeta-pendeta radikal? Berani habisi Kristen radikal? Jadi kalau tentara dan polisi ga bisa menegakkan hukum di sana, suruh pake BH sama rok!
Jujur saja, saya ngeri mendengar orasi Rizieq itu. Jika pun seandainya apa yang mereka tuduhkan benar, tindakan membunuh pendeta dan menghabisi umat Kristen, merupakan sebuah pernyataan tidak beradab. Apalagi jika tidak benar, hanya rekaan pikiran mereka saja misalnya. Sulit bagi saya untuk tidak menyebutnya sebagai teror kepada agama lain.
Dalam video yang lain, yang disampaikan oleh Rizieq di hadapan massanya, imam besar FPI itu menyampaikan begini:
“Front Pembela Islam tidak mau ditunggangi oleh siapapun, atau diperalat oleh pihak manapun untuk menghujat dan menggebuki ISIS. Kita tidak mau diperalat dan diadu-domba sesama Muslim. Betul? Apa yang baik dari ISIS kita akui baik. Cita-cita mulianya menegakkan syariat Islam hal yang baik. Cita-cita mulianya untuk menegakkan khilafah Islammiyah hal yang baik. Cita-cita mulianya untuk melawan kedholiman Amerika Serikat dan sekutunya cita-cita yang baik. Saya tanya, hal-hal yang baik dukung tidak? Dukung? Dukung? Takbir!!
Apa yang bisa kita simpulkan? FPI mendukung ISIS dengan segala ambisinya untuk menegakkan syariat Islam dan khilafah. Sementara kita tahu, bahwa ISIS telah menyatakan sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas bom di Rutan Cabang Salemba, dan Surabaya. Untuk apa ISIS mengebom gereja di Surabaya? Ya itu tadi, untuk mewujudkan cita-cita besar mereka.
Hal lain, yang perlu kita pertanyakan atas ketulusan Surat Pernyataan FPI yang juga turut ditanda-tangani oleh Habib Rizieq itu adalah dua poin terakhir: tidak membiarkan melakukan penodaan agama, dan menjaga keharmonisan antarumat beragama. Kedua hal itu sangat kontradiktif dengan sikap Rizieq yang kerap melecehkan agama lain.
Berikut pernyataan-pernyataan tidak terpuji Habib Rizieq Shihab yang cenderung melecehkan agama lain: 1. “Kurang ajar lu! Anak Tuhan dari mane? Kalo Yesus Anak Tuhan, bidannye siape? 2. Kuil lu besok di seluruh wilayah Indonesia kami ratakan dengan tanah. 3. Orang-orang Bali di berbagai wilayah kami kumpulkan, kami pulangkan ke Bali.
Bukan hanya agama yang dilecehkannya. Bahkan semua yang tidak seturut dengan apa yang dipikirkannya tidak luput dari cacian dan cemoohan ustaz yang hingga kini masih belum pulang dari pelariannya karena kasus chat mesumnya dengan Firza Husein. Berikut beberapa di antaranya:
Gusdur itu buta mata dan juga buta hati.
Sampurasun, campur racun!!!
Pancasila Soekarno, ketuhanan ada di pantat.
Presiden Guoblok. Udah menteri agamanya sesat, kurang ajar, qorinya dajjal, istananye menjadi istana iblis.
Kalau Presiden Jokowi minta maaf kepada PKI, kita ganti namanya menjadi Jokodok. Setuju? Siap turunkan Jokodok? Siap lengserkan Jokodok? Takbir!! Kalau Jokowi minta maaf kepada PKI siap serbu istana? Siap ambil alih kekuasaan? Takbir!!! Kalau Jokowi minta maaf kepada PKI berarti rumor yang menyatakan Jokowi adalah PKI tidak perlu kita ragukan lagi. Takbir!!! Takbir!!!
Berdasarkan fakta-fakta di atas, sangat wajar jika kita meragukan ketulusan FPI mengutuk aksi teror di Surabaya. FPI sepertinya sedang cuci tangan. FPI takut jika ormas tersebut akan mengalami nasib yang sama dengan saudaranya, HTI.
0 Response to "Kutuk Bom Surabaya, FPI Cuci Tangan? Takut Senasib dengan HTI?"
Posting Komentar