Biadab! Komunitas #2019GantiPresiden Anggap Intimidasi Pendukung Jokowi Karena Cuma Terlalu Bersemangat

loading...






Saya mau caci-maki, boleh gak? Tapi gak usahlah. Kalau saya juga sama dengan mereka apa bedanya, ya kan. Yang sabar… Tarik nafas… biar tulisan tidak kesetanan seperti teroris.

Setelah kejadian intimidasi terhadap pendukung Jokowi tadi pagi viral di media sosial dan sampai ke pihak berwajib, mereka mulai pasang jurus seperti biasa, ngeles. Setelah itu mengambinghitamkan pihak dan playing victim. Tidak percaya, mari kita lihat.


"Itu massa cair, ada pihak-pihak yang memanfaatkan itu semua. Kami selalu turun (ke acara) tertib, tidak pernah ada yang namanya gesekan apa pun dengan siapa pun karena kami menjaga akhlakul karimah. Jadi kemungkinan ada oknum yang ingin merusak." (CNNIndonesia)

Panglima Gerakan Pemuda Jakarta (GPJ) Ade Selon mengatakan selama ini mereka melakukan kegiatan aman-aman saja, tidak ada gesekan, dan selalu berjalan tertib. Ini berarti dia sedang membantah intimidasi itu bukan dari komunitasnya.

Sah sah saja membantah itu dari komunitas dia. Itu haknya. Tetapi dengan mengatakan ada oknum yang ingin merusak, itu jelas hanya cara untuk menyelamatkan diri. Dari video yang beredar, bagaimana mungkin tindakan karena ulah oknum yang merusak.

Bukti utamanya adalah hadirnya Mustofa. Itu artinya mereka tahu siapa yang berbuat dan siapa yang memulai serta saling mengenal satu dengan yang lain. Buktinya mereka sama-sama tertawa. Itu tidak mungkin suatu aksi penyusupan. Masak iya, Mustofa juga bagian dari oknum perusak komunitas #2019GantiPresiden. Yang benar aja cuk.

"Tapi kalau ada yang mau datang ya silakan, kan tidak memungkiri kalau temen-temen ada yang mau datang ke car free day (CFD), karena itu hari Minggu, hari keluarga. Itu hak masyarakat." (CNNIndonesia)

Dia juga membantah mengadakan kegiatan di CFD karena memang mereka sudah membatalkan kegiatan itu karena ada dilarang pihak berwajib karena pada hari yang sama kelompok #DiaSibukKerja juga melakukan kegiatan.

Dia mau membangun opini bahwa gerakan itu adalah ekspresi masyarakat. Sudah terbaca bahwa mereka mau menggiring opini bahwa benar kemauan ganti presiden itu terungkap dari diri masing-masing yang merasa sadar keadaan negeri ini yang tampak sangat sulit dan sudah hampir bubar seperti ramalan presiden fiksi, Prabowo.

Maaf bung, yang seperti itu sudah sering dan terlalu sering kami dengarkan. Cara ngelesmu kurang elegan. Rencana mau menghindar tetapi sebenarnya menggali lubang sendiri. Itu bukan bukti masyarakat tergerak hatinya mau ganti presiden, melainkan tidak adanya kesatuan hati, pergerakan serampangan, dan tidak ada kontrol.

"Tapi kalau ada yang mau datang ya silakan, kan tidak memungkiri kalau temen-temen ada yang mau datang ke car free day (CFD), karena itu hari Minggu, hari keluarga. Itu hak masyarakat.”

“Mungkin mereka hanya mengajak, cuma terlalu bersemangat." (CNNIndonesia)

Entah mereka datang sendiri, entah mereka dimobilisasi, kalau semangatnya baik, pasti tetap tidak akan ada intimidasi. Karena semua pergerakan itu dijiwai semangat yang sama. Kalau sejak awal #2019GantiPresiden adalah gerakan damai, maka masyarakat yang datang pun akan berekspresi secara damai. Kecuali memang #2019GantiPresiden disengaja untuk mengintimidasi, maka hasilnya seperti terjadi pagi tadi.

Coba bayangkan, seorang yang katanya akhlakul karimah (berakhlak mulia dan terpuji) menganggap intimidasi hanya suatu tindakan yang terlalu bersemangat. Yang berakhlak mulia itu akan melihat dengan jelas bahwa intimidasi tetaplah intimidasi dan tindakan tidak terpuji. Berakhlak mulia berarti mengerti suasana dan mampu menahan emosi menggebu-gebu. Ngerti tong…


Kalau mata Ade ini melihat video itu, mungkin mulut busuknya itu tidak akan mengatakan bahwa intimidasi ibu-ibu dan anak-anak itu tidak dapat dibenarkan. Tindakan intimidasi terhadap ibu-ibu dan anak-anak adalah bentuk kebiadaban, tidak punya akhlak, apalagi akhlak mulia dan terpuji. Hanya orang yang dirasuki kebencian laiknya setan saja yang melakukan seperti itu.

"Kalau ada provokasi, tangkap orangnya, bawa ke pihak yang berwajib." (CNNIndonesia)

Anak kecil yang tadi pagi diintimidasi itu juga tahu kalau melakukan provokasi akan diproses secara hukum. Masalahnya adalah waktu tidak mungkin kita ulang lagi. Peristiwa itu sudah terjadi. Kamu tidak akan mungkin memperbaiki kenangan anak itu untuk tidak mengingat peristiwa itu. Kamu piker ini film Doctor Strange atau The Avenger: Infinity War yang bisa memutar waktu.

Tapi tidak apa-apa, kita apresiasi usulannya untuk menangkap Mustofa. Saya kira Mustofa juga harus diperiksa, karena dia juga termasuk dari kerumunan itu. Pihak kepolisian sebaiknya mulai dari Mustofa. Dia ikut tertawa pada saat kejadian itu dan dia membiarkan. Artinya dia juga bagian dari mereka.

Mereka ini memang tidak pernah mau menyadari bahwa tindakan mereka itu merupakan tindakan yang sangat membahayakan. Entah junjunganmu menang nanti, kalau intimidasi terus dibiarkan, akan menjadi preseden buruk di kemudian hari terhadap demokrasi Indonesia. Semoga saja mereka ini sadar akan apa yang mereka perbuat, karena mereka tahu apa yang mereka perbuat. Kalau tidak sadar yang ke laut saja.

Bagi pendukung Jokowi harus sadar bahwa yang mereka hadapi adalah manusia-manusia biadab – meskipun tidak semua. Intimidasi seperti ini sudah menanti di depan mata. Jangan berharap budaya intimidasi ini akan berhenti.


Maka siapkan hatimu dan kumpulkan keberanianmu seperti ibu tadi. Tanamkan dalam hatimu: Kita gak takut, Pendukung Jokowi. Kita benar. Kita gak pernah takut.LAWAN.

Kalau kamu takut, ingatlah peristiwa hari ini. Kalau kamu masih takut, lihat sebentar wajah ibu ini, yang tidak takut menghadapi setan-setan.


0 Response to "Biadab! Komunitas #2019GantiPresiden Anggap Intimidasi Pendukung Jokowi Karena Cuma Terlalu Bersemangat"

Posting Komentar