Terbukti! Hanafi Rais Berani, BPN Terpaksa Mengakui

loading...
    Terbukti! Hanafi Rais Berani, BPN Terpaksa Mengakui

Mungkin karena ingin menjaga nama baik sang ayah, atau juga menjaga marwah partai, atau mungkin ada agenda lain, Hanafi Rais mengamini apa yang sudah disampaikan Amin Rais mengenai 74 persen tanah negeri yang dikuasai oleh hanya segelintir orang tertentu.
Pernyataan Hanafi ini, harus diakui, cukup berani, karena membawa nama bank dunia sebagai sumber datanya, sehingga pada ujungnya Badan Pertanahan Nasional harus turun tangan mengakui apa yang sebenarnya terjadi.
Dari sisi ini, saya sebut Hanafi pemuda hebat. Karena, kemudaannya dia jadikan tameng demi menjaga marwah berbagai pihak. Kecerdasannya dia jadikan topeng demi menutupi data yang salah. Dia hebat, karena tidak peduli dengan esensi seorang pemuda, orang muda. Orang muda seharusnya melek data, membiasakan diri terlebih dahulu mencari data yang akurat, baru berbicara kemudian. Itulah orang muda.
Esensinya orang muda adalah cenderung menerima apa-apa yang fakta dan kebenaran saja. Tidak percaya? Coba Anda sebutkan kepada seorang muda, bahwa tahun 2030 akan datang Black Panther ke Indonesia untuk menjadi presiden. Saya yakin, tidak ada orang muda yang percaya. Cobalah! Anda akan menemukan bahwa orang-orang muda cenderung mempercayai fakta saja.
Baiklah, mungkin penyebutan bank dunia itu kesalahan, dan sebagai orang muda memang rentan mengalami kesalahan. Namun orang muda juga harus mudah move on dan mengakui kesalahan dengan jantan, lalu kembali menjalani rel kebenaran.
Lihat, BPN sudah terpaksa membuka data demi Anda. Ternyata hutan Indonesia saja, seluas 2/3 dari total luas seluruh daratan Indonesia, dan seluruhnya dikuasai oleh negera. Artinya 75 persen hutan sudah fix dikuasai oleh negara. Ini masih ngomong hutan lho. Belum termasuk lahan-lahan lainnya. Jadi, apa yang Anda aminkan dari ayah Anda, sekarang sudah terbantahkan.
Oleh karena itu, saran saya, sebagai orang muda, belajarlah mengakui kebenaran secara terbuka. Karena kalau Anda terbiasa mengakui, lalu melakukan instropeksi diri, maka besar kemungkinan Anda akan menjadi orang yang berjiwa tenang dikemudian hari. Kejujuran melahirkan ketenangan, begitulah kata Mahfud MD, salah satu jagoan saya cikal bakal Wakil Presiden periode mendatang. Hehe… sekalian promosi nih, biar Anda yang muda dan punya potensi besar untuk negara, bisa mereka-reka kira-kira seperti apa panutan yang cocok dalam kehidupan.
Kembali ke topik, akuilah secara terbuka setiap fakta yang ada, agar jiwa muda Anda tidak tersandera. Orang muda memang begitu, tidak mau tersandera. Di lain pihak, hal ini tidak bisa kita paksakan kepada orang-orang yang sudah berumur, karena karakter mereka biasanya sudah terpatri kuat dan susah untuk diubah.
Orang sepuh, yang terbiasa dari muda tidak mau mengakui kebenaran, biasanya sudah memiliki sifat hati mengunci, artinya, kita beri data seakurat apapun, mereka selalu membantah. Sudah terbiasa menjauhkan diri dari kebenaran. Harap kita bisa memaklumi itu.
Tapi jangan sampai hal seperti ini menulari Anda. Jangan sepelekan, walau hanya sedikit kesalahan. Kejadian ini akan terus terekam dari masa ke masa, hingga ke generasi mendatang. Jangan sampai masa muda Anda yang potensial ternodai karena ingin mengcover wacana ngawur dari orang-orang di sekeliling Anda. Maka, Akuilah!
Ada beberapa tokoh muda seperti Anda ini, yang dalam usia relatif muda sudah berkecimpung dalam dunia politik. Ingat, konsep politk apa yang Anda mulai hari ini, maka konsep politik itu pula yang akan Anda panen kelak. Saya lihat ada perbandingan yang sangat signifikan, misalnya, antara AHY dengan Zaadit. Secara teknis, mereka sudah mulai berkecimpung dalam dunia perpolitikan, praktis ataupun tidak. Namun, saya berharap Anda dapat membedakan, yang mana yang akan berpeluang menjadi harum dikemudian hari, yang mana yang cenderung menjadi bau.
Atau, jika contoh orang muda, tidak masuk dalam pertimbangan Anda, maka perhatikan tokoh-tokoh tua, yang sekarang sampai masa tidak produktifnya pun, dia hanya bisa berkoar-koar tanpa solusi yang berarti untuk negeri. Apakah dia masih merasa benar dengan argumennya? Saya yakin tidak. Dia juga sudah tahu apa yang dia pertahankan dari dulu itu, salah. Tapi sudah terlanjur dari hati yang berkarat, tidak berbiasa mengakui fakta, sehingga, saya khawatir dia akan membawa semua kesalahan ini sampai akhir masa. Semoga Anda dijauhkan dari sifat seperti itu.
Namun, ada juga tokoh yang menua dengan bijaksana dan bermanfaat untuk banyak sekali kepentingan bangsa. Semoga saya dan Anda kelak masuk ke dalam golongan menua seperti ini.
Silahkan, Anda perhatikan itu semua. Ini saya sampaikan karena Anda adalah segelintir dari beberapa tokoh muda yang masuk di dalam ranah perpolitikan Indonesia. Cukup disayangkan bila Anda salah meneladani contoh-contoh yang ada di depan mata kita sehari-hari.
Semoga Anda dapat mengambil inti sari dari artikel saya ini, dengan catatan, ada yang dengan senang hati meneruskan linknya ke akun media sosial Anda, hehehe. Saya berpikir, kalau Anda mulai membuka diri mengakui kebenaran yang nyata, maka besar kemungkinan Anda akan menjadi berguna kelak buat negeri ini.

0 Response to "Terbukti! Hanafi Rais Berani, BPN Terpaksa Mengakui"

Posting Komentar