loading...
Jangan terlalu pusing urusan banjir, air itu berkah, bener enggak? Tinggal gimana kita mengelolanya saja.
Hal itu diutarakan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno menghadiri Istigosah Keselamatan Bangsa Pembaca Asmaul Husna dan Milad Majelis Ke-60 tahun dan Haul Pendiri Majelis Dzikir Al Alamah Habib Bin Abdullah Al Atas, di Bendungan Hilir, Tanah Abang Jakarta Pusat, Hari Minggu kemarin.
Air itu memang berkah. Dengan air makhluk hidup bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia menggunakannya untuk minum, mengairi pertaniannya, mandi, bahkan industri yang kemudian hasilnya dijadikan sumber kehidupan. Tanaman juga butuh air untuk bisa tumbuh subur, menghasilkan buah, dan berkembang menjadi tanaman yang meneduhkan. Begitu juga dengan hewan. Kekeringan berkepanjangan juga tentu merisaukan karena akan menyulitkan makhluk hidup beroleh sumber air. Kemarau panjang juga membuat tidak nyaman karena cuaca terasa panas.
Tapi siapa bilang berkah ini tak bisa menjadi musibah? Harta berlimpah saja bisa jadi berkat bisa juga malah jadi musibah kok. Begitu juga dengan air. Dan faktor yang menjadikan air itu sebagai musibah ya kita-kita ini manusia yang tidak bisa mengelola apa yang Tuhan berikan dengan baik.
Kita menebang pohon-pohon yang harusnya menampung air, tanah resapan diubah jadi perumahan atau gedung-gedung, belum perilaku nista seperti : membuang limbah, sampah, dan lain-lain. Akhirnya jalur air terhambat karena hal-hal itu sehingga berakibat banjir. Air juga menjadi tak layak dikonsumsi.
Bayangkan apa saja resiko yang bisa terjadi kala banjir melanda? Paling ringan jelas, kenyamanan hidup terganggu. Bisa-bisa kita harus mengungsi. Barang-barang rusak, rumah jadi kotor, membantu penyebaran penyakit, belum lagi ancaman kematian bisa karena tenggelam terseret arus hingga tersetrum. Sudah berkali-kali kan kita dengar orang mati kesetrum saat banjir?
Jadi apa yang salah dari pusing ngurusi banjir? Nggak ada seharusnya. Banjir itu memang harusnya dipikirkan. Sebab banjir terjadi karena adanya kesalahan kita yang tidak bisa menjaga keseimbangan alam.
Masyarakat itu tidak akan pusing ngurusi banjir kalau Pemerintahnya berkompeten mengurusi. Rekan saya yang tinggal di Lagoa pernah mengutarakan bahwa di jaman kepemimpinan Ahok, ketakutannya akan banjir jauh berkurang. Dia paham lokasi rumahnya memang rentan banjir terutama karena rob. Rob ini memang fenomena alam, beda dengan banjir kiriman.
Tapi kekhawatiran akan dampak yang muncul sebagai akibat banjir berkurang karena tahu Pemerintahan Ahok punya upaya dan prosedur yang baik menangani masalah itu. Sekarang dia kembali takut melihat Pemerintahan Pemprov DKI Jakarta ala Anies Baswedan – Sandiaga Uno yang dianggapnya kurang punya program konkret soal tata laksana banjir. Jadi memang peran pemimpin itu krusial. Jangan marah kalau rakyat punya tuntutan sebab Anda punya power untuk mengatur ini. Anda dipilih sebagai pelayan rakyat salah satu fungsinya ya untuk mengurus banjir.
Apakah masyarakat tidak punya peranan untuk mengubah ini?
Jelas rakyat juga punya kewajiban mengatasi soal banjir. Tapi sekarang kita lebih baik fairsaja. Masyarakat kita kesadarannya masih kurang. Belum lagi kebiasaan hidup semaunya. Tanah yang harusnya bukan untuk tinggal dibangun rumah akhirnya pinggiran sungai tergerus. Kemiskinan jadi alasan buang sampah sembarangan. Kalau masih tak percaya buruknya kesadaran masyarakat kita lihat saja vandalisme saat pertandingan suporter kemarin. Coba bayangkan kalau banyak tentara yang jaga apa berani mereka merusak stadion? Nggak akan! Kalau ada tentara dibilangnya kok seperti mau perang, tapi kalau nggak dijaga kesadarannya nggak ada. Ya sama dengan urusan mencegah banjir ini.
Butuh turun tangan Pemerintah baik untuk menata maupun menegakkan regulasi.
Adanya kebingungan dan kecerewetan ini menandakan rakyat tidak merasa secure dengan kerja pemimpinnya. Meski ada juga yang kadang cerewet sekedar untuk mencari kesalahan dan memojokkan. Contohnya seperti yang ngaku aktivis lingkungan dan pakar tata kota yang dulu selalu mengkritik Ahok apapun yang dikerjakan tapi sekarang kicep di masa Pemerintahan Anies. Orang-orang yang tidak berintegritas ini sering menyesatkan masyarakat.
Sampai kapan inkompetensi seorang Pimpinan kemudian ditutupi dengan mengajak masyarakat selalu memandang ini sebagai bencana dan takdir Allah? Sementara justru yang beneran bencana karena takdir Allah karena suatu hal yang tak bisa dicegah manusia mereka sebutnya sebagai azab?
0 Response to "Sandi Bilang Warga Jangan Pusing Urus Banjir, Sudah Kerja Apa Untuk Mencegah?"
Posting Komentar