loading...
Prabowo ini, kayaknya sudah bukan blunder lagi yang dia buat kali ini. Ini sudah semacam strategi yang kelihatannya sengaja dimainkan karena ada tujuan tertentu. Dulu sindir wartawan gaji kecil, sindir tampang Boyolali, dan sekarang sindir pers.
Prabowo menuding pemberitaan di media sebagian besar memublikasikan berita bohong. Prabowo bahkan menyebut pers adalah antek-antek orang yang ingin menghancurkan Republik Indonesia. Dia bahkan mengajak publik tak usah lagi menghormati jurnalis yang bekerja mewartakan berita.
"Pers ya terus terang saja banyak bohongnya dari benarnya. Setiap hari ada kira-kira lima sampai delapan koran yang datang ke tempat saya. Saya mau lihat bohong apalagi nih," kata Prabowo.
"Boleh kau cetak ke sini dan ke sana, saya tidak mengakui Anda sebagai jurnalis. Enggak usah saya sarankan kalian hormat sama mereka lagi, mereka hanya anteknya orang yang ingin menghancurkan Republik Indonesia," tegas Prabowo.
Kekesalan Prabowo karena minimnya publikasi acara reuni 212 yang dihadiri dirinya. Prabowo menuding sikap media-media yang tidak memberitakan acara reuni 212 tak objektif. "Ada belasan (juta) mereka enggak mau melaporkan, mereka sebagai wartawan telah mengkhianati tugas sebagai jurnalis. Kau sudah tidak berhak menyandang predikat jurnalis lagi," katanya.
Hahaha, lucu. Aduuhh, Prabowo ini kenapa masih saja mau jatuh di lubang yang sama untuk kedua kali? Sudah cukuplah ditipu oleh Ratna Sarumpaet. Masa kali ini harus ditipu lagi dengan angka belasan juta yang hadir di acara reuni 212 di Monas. Sejuta saja tidak sampai, malah pede bilang belasan juta. Kalau benar belasan juta, itu sudah menjadi jumlah seluruh penduduk Jakarta, dan jadi perkumpulan paling besar di dunia. Untung tidak bilang ratusan juta orang yang ikut.
Ucapan Prabowo yang menyindir pers atau jurnalis ini berbuntut panjang. Kelompok massa yang mengatas namakan diri sebagai Aliansi Jurnalis NKRI, berdemo di depan Gedung Dewan Pers, Jalan Kebon Sirih, Gambir, Jakarta Pusat, menuntut Prabowo Subianto meminta maaf kepada jurnalis. Mereka menuntut calon presiden Prabowo Subianto meminta maaf dan menarik ucapannya soal jurnalis antek dan penghancur bangsa.
Koordinator aksi mengatakan pernyataan Prabowo yang menyebut jurnalis sebagai antek penghancur NKRI adalah merendahkan, dan menghina jurnalis, itu artinya sama dengan menghina rakyat. Dia mengancam akan menyerukan kepada jurnalis seluruh Indonesia untuk memboikot pemberitaan tentang Prabowo bila tuntutannya tak digubris. Mereka juga menyebut Prabowo sebagai sosok otoriter. Bahkan mereka menyamakan dia dengan era Orde Baru ketika banyak media dibungkam pemerintah.
Penulis tidak peduli siapa yang mendemo Prabowo. Itu urusan mereka. Yang kita fokuskan kali ini adalah reaksi Prabowo tyang terkesan emosional dan terlalu sembrono. Belum jadi presiden saja sudah tidak etis seperti ini. Apa lagi pas nanti jadi presiden? Bayangkan saja sendiri.
Prabowo harusnya introspeksi kenapa banyak media yang, okelah kita anggap mereka benar, lebih condong ke Jokowi. Sama seperti kenapa media suka meliput tentang Ahok? Karena Ahok banyak gebrakan, hasil kerjanya top, kebijakan mantap, antimainstream sehingga media suka meliput. Prabowo apa yang mau diliput? Prestasi apa yang mau diberitakan kecuali blunder dan jualan narasi suram nan mendung yang membuat rakyat pesimis?
Harusnya mikir kenapa bisa seperti ini, bukannya menuding dengan penuh emosional. Lagi pula mari kita tantang saja Prabowo buktikan bagian mana yang dia sebut bohong. Jadi, apakah maksud Prabowo pers ini bohong kayak suka beritakan hoax? Jadi maunya Prabowo adalah agar kita lebih percaya saja dengan berita dan postingan dari media sosial? Ada-ada saja.
Sebenarnya wajar Prabowo kesal karena minimnya pemberitaan mengenai dirinya dan pihak lain yang jadi kubunya. Mungkin dia secara tersirat ingin agar kita percaya pada media sosial sehingga dia bisa mempromosikan diri di sana dengan lebih gencar.
Bicara soal bohong. Gimana dengan quick count palsu? Gimana pula dengan konferensi pers soal Ratna Sarumpaet yang dianiaya? Sebelum sindir dan emosi dengan pers yang menurutnya berat sebelah, lebih baik jawab dulu deh dua pertanyaan di atas.
Bagaimana menurut Anda?
0 Response to "Maksud Prabowo Maunya Percaya Dengan Berita Dari Media Sosial Ketimbang Pers Yang Menurutnya Banyak ..."
Posting Komentar