5 Tim Medsos Jokowi yang Mustahil Ditandingi Lawannya

loading...





Saat pertama kali mendengar isu Jokowi kalah di medsos, sebenarnya saya ingin sekali langsung membahas dan menuliskannya. Tapi karena satu dan lain hal, baru hari ini bisa saya tuangkan dalam artikel.

Begini teman-teman. Sejak dulu, saya melihat ada sesuatu yang salah dalam teori pengambilan data media sosial. Karena kita memiliki beberapa platform, sebut saja Facebook, Instagram, Twitter, Youtube dan WA. Jumlah pengguna masing-masing sosmed jelas berbeda beda. Masalahnya, satu-satunya platform yang bisa diambil datanya untuk dianalisa hanya twitter. Sementara data pengguna facebook, instagram, youtube dan WA tidak bisa dianalisa. Sehingga data twitter kemudian dijadikan satu-satunya data sosial media yang dianggap mewakili seluruh kejadian di dunia maya. Lucu memang, tapi inilah yang dilakukan para pengamat.


Hal ini menjadi lebih lucu lagi kalau kita tahu bahwa jumlah pengguna twitter di Indonesia hanya 6.6 juta users. Bandingkan dengan pengguna instagram yang mencapai 56 juta users, serta facebook yang mencapai 140 juta users.

Twitter bagi masyarakat Indonesia kurang menarik. Jumlah pengguna twitter di Indonesia hanya lebih baik dari Filipina yang mencapai 6.6 juta users. Mungkin karena jumlah karakter yang dibatasi, atau mungkin juga karena twitter memberi data terbuka tentang apa saja yang terjadi di dalamnya.

Nah. Dengan data yang sangat kecil sekali, data twitter tidak bisa menjadi patokan tentang segala hal yang terjadi di sosial media. Sehingga kita akan sering melihat bahwa apa yang menjadi trending di twitter, belum tentu juga menjadi pembicaraan bagi warga facebook dan instagram.

Dan ketika kita menyadari kondisi ini, segala analisa yang diucapkan pengamat sosial media menjadi tidak relevan lagi untuk dibahas.

Benarkah tim sosmed Jokowi kalah?

oke sekarang kita masuk pada inti pembahasannya.

Di tim Jokowi, ada Denny Siregar dan Ustad Abu Janda, dua user personal yang begitu aktif di facebook dan memiliki follower 600 ribu dan 400 ribu. Dua akun ini kalau membagikan postingan, pasti dibagikan ribuan kali oleh followernya. Pasti di atas seribu kali perpostingan.


Dalam hal video, terutama Abu Janda, selalu ditonton ratusan ribu users bahkan tak jarang juga mencapai jutaan users.

Satu-satunya akun yang bisa menandingi Denny dan Abu Janda hanyalah Jonru. Tapi karena Jonru terpeleset dan masuk penjara, maka tak ada sosok di kubu Prabowo yang bisa menandingi Denny dan Abu Janda.

Jika dibandingkan akun twitter Fadli Zon yang memiliki follower mencapai 1 juta users, memang Denny dan Abu Janda kalah jumlah. Tapi jika dilihat dari aktifitas pengguna dan followernya, akun twitter Fadli Zon hanya seupilnya. Karena setiap postingan Fadli Zon jarang sekali direspon hingga ribuan orang.

Ditambah lagi dengan page facebook Info Seputar Presiden dan Seword yang masing-masing followernya 378 ribu dan 262 ribu. Dua page ini memiliki karakter yang sama. ISP menampilkan rilis dari biro pers dan Seword membagikan link-link tulisan di seword.com

Dan yang terakhir dalam hal page facebook, ada Kata Kita yang sudah mendapat 1 juta follower. Sebuah akun page yang mungkin tak akan bisa dikejar oleh tim Prabowo.

Dari platform website, coba kita perhatikan, apakah ada web oposisi yang mampu menandingi kekuatan Seword? tidak ada. Pkspiyungan yang berganti menjadi portal-islam, Posmetro yang sepertinya juga berganti menjadi Gelora, sangat jauh dibanding jumlah pembaca Seword. bahkan dalam sebuah penelitian di Pilkada DKI 2017 lalu, Seword merupakan satu-satunya media opini yang berhasil mengalahkan banyak media mainstream. Dalam hal jumlah pembaca, Seword hanya berada di bawah Detik dan Kompas.

Dalam satu tahun ini, menurut Google Analytics, ada 81 juta users yang mengakses seword.com dengan rata-rata pengunjung bulanan sekitar 6.5 juta users, sama seperti jumlah pengguna twitter di Indonesia. Dan ingat, ini data google yang tidak membaca semua users dari berbagai browser. Jika menggunakan data server yang jauh lebih ril, maka jelas akan jauh lebih besar angkanya.

Dengan data-data ini, jika kemudian ada pengamat mengatakan Jokowi kalah di medsos, saya jadi bertanya-tanya, medsos bagian mana? Komunikasi politik bukan sekedar hastag dan trending topic. Tapi tentang penjelasan dan pemahaman, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pembacanya.



Menurut saya, tidak ada gunanya perang hastag dan menghitung trending topic. Sebab pada akhirnya jumlah users di twitter hanya 6.6 juta, hampir sama seperti users bulanan Seword. Dan hastag hanya membuat orang tahu tentang satu hal, tapi tidak mampu mengubah pemikiran dan pandangannya. Sementara komunikasi politik adalah soal mengajak orang-orang untuk menentukan pilihan. Begitulah kura-kura. 



0 Response to "5 Tim Medsos Jokowi yang Mustahil Ditandingi Lawannya"

Posting Komentar