loading...
Gerindra menuding koalisi Joko Widodo panik karena Prabowo Subianto dan Amien Rais hendak bertemu Habib Rizieq Syihab di Mekah. PPP menepis tudingan itu sembari menyebut kalau pihak Gerindra yang panik.
"Yang panik itu Gerindra karena sampai saat ini belum resmi dapat koalisi untuk memenuhi syarat 20% kursi atau 25% suara, sehingga Prabowo belum bisa mengantongi tiket pilpres," ujar Wasekjen PPP Achmad Baidowi atau Awiek kepada wartawan, Sabtu (2/6/2018).
Menurut Awiek, ada beberapa tanda kepanikan dari kubu Prabowo. Salah satunya, Awiek mencontohkan ibadah umrah yang sedang dijalankan Prabowo.
"Tanda-tanda kepanikan terlihat ketika ibadah umrah pun diselipi agenda silaturahmi politik," jelasnya.
Awiek menegaskan koalisi Jokowi tak terlalu menganggap penting pertemuan Prabowo dengan Amien Rais. Pertemuan Prabowo dengan unsur Persaudaraan Alumni (PA) 212 binaan Rizieq disebut Awiek juga kurang berarti.
"Bagi kami, Prabowo bertemu Amien Rais beberapa kalipun tak ada efeknya. Yang menilai adalah publik," ujarnya.
"Termasuk juga ada elemen PA 212, bagi kami biasa saja. Karena elemen 212 ketika menjadi gerakan politik ternyata tidak tunggal namun menyebar hingga beberapa kelompok," jelas Awiek.
Ketum Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais, dan elite PKS akan bertemu dengan Habib Rizieq Syihab di sela-sela ibadah umrah di Mekah. Gerindra menyebut ada kepanikan dari koalisi Jokowi soal pertemuan Prabowo-Amien-PKS dengan Rizieq.
"Ini jadi heboh dari pihak Istana dan parpol koalisi karena panik, ya. Pak Prabowo ketemu, tokoh-tokoh itu ketemu Habib Rizieq sebagai imam besar umat Islam, Pak Prabowo capresnya umat Islam. Ini yang mungkin kekhawatiran mereka," ujar anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra Andre Rosiade.
Sumber : detikdotcom
Ibadah umrah sejatinya mulia karena kita berkesempatan berjumpa dengan yang Maha Mulia yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.
Namun apa jadinya bila kegiatan ibadah atau umrah yang mulia itu disusupi oleh agenda politik praktis terselubung, umrah yang sejatinya mulia dicemari oleh nafsu serakah manusia yang penuh dengan ambisi kekuasaan.
Seharusnya ibadah umrah menjadi momen meditasi kita untuk kita jumpa dengan Tuhan kita secara khusuk dan penuh konsentrasi.
Ibadah umrah sejatinya menjadi momen privat kita pada Tuhan kita untuk kita melihat dan sadar bahwa betapa hebat, dahsyat, dan agungnya Tuhan Allah kita, sehingga sepanjang waktu kita dapat sujud dan bersyukur atas apa yang telah Tuhan beri bagi kita.
Umrah sejatinya menjadi kesempatan curhat dan meditasi kita pada Tuhan untuk menyampaikan segala isi hati dan keluh kesah kita, karena tak semua orang punya kemampuan dan kesempatan untuk dapat melaksanakannya, umrah adalah mukjizat dan kasih karunia Tuhan yang besar yang patut kita syukuri dengan tidak menyia-nyiakannya.
Seharusnya tak pernah ada istilah "umrah politik" karena umrah bukan produk politik dan tak ada hubungan sama sekali dengan politik, tetapi bila akhirnya para elite politik memakai momen umrah untuk berpolitik, ketemu tokoh-tokoh politik, diskusi dan bahas masalah politik, tentu maknanya jadi lain, kini umrahpun diseret dan ditarik dalam kancah politik.
Kita tahu Ketua Umum Gerindra yakni Prabowo Subianto hingga kini belum juga mendeklarasikan dirinya maju sebagai Capres 2019 tantang Jokowi, ya mungkin Prabowo sadar dan ogah malu sebab jujur saja belum ada tiket ditangan.
Hal ini juga pula mungkin akhirnya meresahkan dan menggelisahkan hati Prabowo sehingga ia berpikir merasa perlu pergi ketanah suci untuk peroleh hidayah dan petunjuk Tuhan.
Gamang dan resah dihati Prabowo nampak jelas terlihat dari raut wajahnya yang nampak sedang menanggung beban berat yang sedang berusaha ia hadapi dan lepaskan.
Wajar bila koalisi petahana yakni Jokowi menilai bahwa umrah ini adalah umrah politik yang didasari dan didorong oleh sebuah kepanikan, panik belum punya tiket, panik belum ada yang mau koalisi, maupun juga panik akan kalah lagi tentu jadi momok tersendiri bagi Prabowo.
Prabowo sadar bahwa elektabilitas Jokowi kian meroket dan tak terbendung, mengalahkan Jokowi nampak sebuah kemustahilan yang tak mungkin terjadi bila tak ada mukjizat.
Prabowo tentu punya keresahan dan kepanikannya sendiri yang ia bawa dalam ibadah umrahnya, seperti halnya Prabowo, elite partai yang umrahpun masing-masing memiliki kepanikan dan keresahannya sendiri-sendiri yang ia bawa ketanah suci, ada yang panik dan kuatir gak bisa nyapres, ada yang panik dan kuatir jagoannya gak jadi maju nyapres, ada yang panik dan kuatir gabung kesitu gak menang, dan adapula yang panik dan kuatir idolanya tak diusung, semua memiliki kepentingan dan kepanikannya sendiri-sendiri.
Bila disebut koalisi Jokowi panik itu sebuah kesalahan besar, sebab koalisi Jokowi sudah punya tiket pasti maju Pilpres 2019, mereka juga telah memiliki jagoan yang siap maju bertarung, tak perlu ada yang dikhawatirkan dan dipanikan oleh koalisi Jokowi karena semuanya sudah siap diposnya, tinggal tunggu tanggal main maka mereka semua bergerak maju.
Gerindra panik tak bisa maju karena tak punya tiket, PKS panik karena Prabowo tak kunjung deklarasi dan tunjuk wakil mereka, PAN pun hingga kini belum deklarasi dukung Prabowo atau Jokowi sehingga mereka perlu petunjuk dan hidayah Tuhan, PA 212 juga masih mengharapkan jagoannya diusung, semuanya kuatir, semuanya panik, ini bukan hanya sekedar "umrah politik" ini juga "umrah panik", waktu makin dekat, hingga kini semua masih jual mahal, belagu tapi butuh.
0 Response to "Ini Bukan "Umrah Politik" Tetapi "Umrah Panik", Inilah "Koalisi Panik""
Posting Komentar