Mencengangkan! Yenny Wahid : “58 Persen Anggota Rohis di Sekolah Siap Jihad ke Suriah”

loading...






Ada pandangan yang mengatakan bahwa aksi teror adalah hanya sebuah konspirasi Barat yang ingin memperburuk citra Islam. Ada pandangan yang mengtatakan bahwa ISIS adalah bikinan Amerika yang sengaja diciptakan untuk membuat huru-hara di negeri Islam. Katakanlah bahwa pandangan itu benar, tapi yang tak bisa dipungkiri, ada sekelompok muslim yang telah terkontaminasi virus-virus radikal, dan siap melakukan aksi teror karena menganggap hal itu sebagai sebuah jihad.

Para pelaku teror sudah banyak yang tertangkap dan kita bisa melihat sendiri wajah, pola pikir, atribut yang dikenakan dari para teroris tersebut yang kebetulan bercirikan Islam. Saya sendiri tetap menganggap para teroris ada yang beragama Islam dan mereka adalah orang yang salah dalam memahami ajaran agama. Saya tidak memungkiri bahwa di KTP, teroris itu beragama Islam.


Bagi sekelompok umat Islam yang sumbu pendek dan kerap menebar kebencian ke umat agama lain, mereka akan menganggap bahwa pelaku teror bukanlah orang Islam. Mereka sudah diseting sedemikian rupa dengan memakai atribut Islam dengan tujuan agar nama Islam menjadi buruk dan umatnya terkenal sebagai pelaku teror. Silahkan saja jika ada yang berpendapat seperti itu. Yang pasti, virus radikalisme benar-benar nyata telah tersebar di Indonesia. Sudah banyak muslim Indonesia yang ingin pergi jihad ke Suriah.

Direktur Wahid Institute Yenny Wahid mengungkapkan hasil survei pihaknya bahwa ada sekitar 58 persen anggota Rohani Islam (Rohis) di sekolah-sekolah ingin berjihad ke Suriah. Anak-anak yang disasar dalam survei ini bukan anak-anak sembarangan. Tetapi mereka adalah anak-anak paling pintar di sekolahnya.

"Ini alarm tanda bahaya betul bagi kita dan kita sikapi dengan segera lakukan pencegahan agar mereka tidak makin tergerus," jelasnya dalam diskusi publik di kantor The Wahid Institute, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (15/5).

Yenny menyampaikan survei ini dilakukan sekitar dua tahun lalu. Kendati demikian ia mengimbau agar masyarakat jangan menghakimi semua anak-anak Rohis demikian. Tetapi memang ada masalah dalam Rohis yang harus diselesaikan.

Survei dilakukan saat digelar acara kemah nasional yang diikuti seluruh Indonesia. Kemah ini dilakukan Kementerian Agama.

"Ini kerja sama dengan Departemen (Kementerian) Agama dan kami membagikan kuesioner yang diisi anak-anak dari seluruh Indonesia ini," jelasnya.

Mengatasi persoalan ini, Yenny mengatakan harus menjadi perhatian pemerintah. Ia melihat ada upaya dari pemerintah menyasar sekolah dan kampus-kampus.

"Sekolah harus mawas diri untuk mewaspadai agar kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler tak dijadikan ajang perekrutan radikalisme," jelasnya

Kurikulum di sekolah, lanjut Yenny, harus fokus dalam mengajarkan kebhinekaan. Guru harus aktif menyisipkan nilai kebhinekaan bangsa dalam kegiatan belajar mengajar.

"Mereka bukan hanya belajar ilmu di sekolah tapi juga belajar nilai. Nilai-nilai itu yang secara aktif harus ditanamkan. Proses pembentukan nilai itu harus ada. Nilai kecintaan terhadap tanah air dan penghargaan terhadap kebhinekaan kita," jelasnya.

Hasil survei ini sangat membuat miris. Dugaan bahwa penyebaran paham radikalisme melalui sekolah-sekolah dan kampus umum semakin terlihat titik terangnya. Para penyebar paham radikalisme memang sengaja menyasar siswa dan mahasiswa dari lembaga pendidikan umum. Pasalnya, pemahaman agama dari siswa dan mahasiswa di lembaga pendidikan umum belum begitu kuat dan komprehensif sehingga sangat mudah untuk dicuci otaknya, agar mudah dimasuki pemahaman radikal.


Para penyebar paham radikal tidak akan menyasar pesantren dan Perguruan Tinggi Negeri Islam Negeri (PTKIN). Pasalnya, santri dan mahasiswa dari PTKIN memiliki pemahaman agama yang cukup kuat dan bagus sehingga tidak mudah dicuci otaknya untuk dimasuki paham radikal.

Hal ini membuktikan betapa urgensinya pesantren dan PTKIN dalam mencegah masuknya paham radikalisme di Indonesia. Kedua lembaga pendidikan tersebut mampu membentengi santri dan mahasiswa untuk menolak paham radikalisme.

Menurut saya, untuk menanggulangi penyebaran paham radikalisme di sekolah-sekolah, Kemendikbud perlu mengintegrasikan antara pendidikan agama di sekolah dengan di pesantren. Tidak harus siswa di sekolah umum untuk tinggal di pesantren. Setidaknya, siswa di sekolah umum ada asupan materi agama dari ustadz-ustadz di pesantren.

Mudah masuknya paham radikalisme ke para siswa juga ada faktor guru agama di sekolah tersebut yang mungkin kurang berkompeten, atau bahkan mungkin ikut menumbuh suburkan paham radikalisme.

Saya berharap hasil survei ini bisa menjadi bahwan parhatian Kemendikbud.



0 Response to "Mencengangkan! Yenny Wahid : “58 Persen Anggota Rohis di Sekolah Siap Jihad ke Suriah”"

Posting Komentar