Survey Kompas, Jokowi 55,9 Persen, Prabowo 14,1 persen, Kampanye #2019GantiPresiden Anti Klimaks?

loading...






Kampanye #2019GantiPresiden memang masih terlalu dini jika dikatakan gagal total dan anti klimaks. Untuk mengukur sukses tidaknya kampanye #2019GantiPresiden bisa dilihat nanti dari hasil Pilpres 2019. Namun gelagat anti klimaks dan gagal total sepertinya mulai terlihat di sana-sini. Di medsos, kampanye #2019GantiPresiden memang makin masif dan terlihat ramai, tapi ternyata boleh dikatakan masifnya kampanye #2019GantiPresiden di medsos tidak terlalu berpengaruh terhadap elektabilitas Jokowi.

Jika boleh dkatakan, kampanye #2019GantiPresiden bisa dikatakan tidak berpengaruh sama sekali, bahkan membuat elektabilitas Jokowi makin meningkat.


Survei Litbang Kompas menunjukkan elektabilitas Presiden Joko Widodo mengalami kenaikan. Sementara elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menjadi penantang terkuat petahana justru mengalami penurunan.

Dikutip dari Kompas hari ini, Senin (23/4/2018), responden yang memilih Jokowi apabila pilpres digelar saat ini mencapai 55,9 persen. Angka itu meningkat dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya, elektabilitas Jokowi masih 46,3 persen. Sementara itu, potensi keterpilihan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto 14,1 persen, turun dari hasil survei enam bulan lalu yang merekam angka 18,2 persen.

Survei ini dilakukan pada 21 Maret-1 April 2018 sebelum Prabowo menyatakan kesiapannya maju sebagai calon presiden di Rakornas Partai Gerindra, 11 April lalu. Penurunan elektabilitas tidak hanya terjadi pada Prabowo, tetapi juga pada calon potensial lainnya. Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang sebelumnya dipilih 3,3 persen kini jadi 1,8 persen. Calon lainnya semakin susut keterpilihannya menjadi kurang dari 1 persen.

Naiknya elektabilitas Jokowi dan turunnya potensi keterpilihan tokoh-tokoh penantangnya bisa dijelaskan dari dua sisi. Pertama, naiknya kepuasan terhadap kinerja pemerintahan Jokowi. Kedua, masih kaburnya kepastian calon penantangnya untuk maju dalam Pemilu 2019.

Kesimpulan apa yang bisa didapat dari pengaruh kampanue #2019GantiPresiden terhadap elektabilitas Jokowi?

Normalnya, elektabilitas Jokowi akan turun jika ada gerakan dan aksi yang bisa menjatuhkan citranya. Mengapa yang terjadi justru sebaliknya? Saya rasa disini ada yang salah atau memang Tuhan berkehendak lain.

Mari kita bahas apa kesalahan dari kampanye #2019GantiPresiden.

Kemungkinan pertama, Kampanye #2019GantiPresiden mungkin sudah cukup matang, hanya saja masyarakat Indonesia memang sudah cukup cerdas. Pilkada DKI 2017 benar-benar menjadi pengalaman berharga untuk bangsa Indonesia. saya yakin banyak yang menyadari bahwa Ahok hanyalah korban kebengisan oknum politik untuk berkuasa. Saat Pilkada 2019, muncul kampanye asal bukan Ahok. Saya yakin kampanye #2019GantiPresiden tidak lain adalah ulah oknum yang begitu bengis dan ambisius untuk mengejar kekuasaan.

Kemungkinan kedua, memang ada kesalahan yang cukup fatal dari kampanye #2019GantiPresiden dimana mereka mengampanyekan #2019GantiPresiden tapi tidak menyiapkan calon yang akan menggantikan Jokowi. Bagi masyarakat, kampanye #2019GantiPresiden justru membuat masyarakat bingung dan pada akhirnya berfikiran lebih baik memilih Jokowi yang sudah jelas dibanding calon yang belum jelas. Kampanye #2019GantiPresiden memang menarik dan baru terjadi kali ini.


Kemungkinan ketiga, kampanye #2019GantiPresiden sebenarnya sudah cukup bagus, hanya saja Jokowi berhasil membungkamnya dengan pencapaian kerja yang luar biasa. Masyarakat yang sempat terpengaruh kampanye #2019GantiPresiden pada akhirnya tersilaukan oleh pencapaian-pencapaian kerja Jokowi. Oleh sebab itu, bisa dikatakan Jokowi telah berhasil membungkam kampanye #2019GantiPresiden dengan sukses dan gilang gemilang. Bagi lawan Jokowi, pencapaian-pencapaian kerja Jokowi yang semakin memukau memang menjadi senjata mematikan Jokowi membungkam lawan-lawannya.

Kemungkinan keempat, kampanye #2019GantiPresiden sebenarnya sudah cukup mempengaruhi elektabilitas Jokowi. Sudah cukup banyak masyarakat yang terpengaruh. Namun ternyata Tuhan tidak menghendaki itu. Yang harus diingat, Tuhan Maha membolak-balikkan hati manusia. Sekuat dan segencar apapun kampanye #2019GantiPresiden, jika Tuhan menghendaki masyarakat tetap ingin Jokowi jadi presiden, mau gimana lagi? Ini yang harus dipahami oleh Gerindra dan PKS dalam mengampanyekan #2019GantiPresiden. mereka harus menyadari bahwa ada peran kehendak Tuhan.

Angka 55,9 Persen berbanding 14, 1persen terpaut cukup jauh. PKS dan Gerindra harus mencoba berfikir rasional lagi untuk tidak sesumbar bisa mengganti presiden Jokowi di Pilpres 2019. Meskipun hasil survey bukan sebuah jaminan, tapi seringnya hasil survey tidak terlalu meleset jauh. Apalagi jarak 55, 9 persen dengan 14,1 persen cukup jauh. Selain hasil survei ini, saya mendengar kabar bahwa kaos yang bertuliskan 55,9 #2019GantiPresiden tidak laku dan akhirnya dijual rugi dengan harga yang begitu murah. Saya belum tahu persis kebenarna kabar ini. Tapi untuk sementara ini, saya kira kampanye #2019GantiPresiden bisa dikatakan anti klimaks.


0 Response to "Survey Kompas, Jokowi 55,9 Persen, Prabowo 14,1 persen, Kampanye #2019GantiPresiden Anti Klimaks?"

Posting Komentar