loading...
Jika Tuitan Pandi itu tertanggal Maret 2017.... Saya akan menuliskan pandangan saya penuh dengan pujian buat Pandji!!)
Karena saya anggap Pandji Pragiwaksono yang kita kenal sebelumnya sebagai seorang yang fanatik akan Anies Baswedan mulai terlihat sadar.
Tapi...
Beberapa hari lalu saya membaca laman blog-nya Pandji yang menulis panjang dan lebar tapi intinya sangat singkat dan sederhana, yaitu bahwa dulu itu dia menjadi juru bicara Anies Baswedan karena dia dibayar. Berapa besar bayarannya, saya tidak tahu. Yang jelas angka yang ditawarkan plus sebongkah kata-kata manis a la Anies Baswedan, cukup bisa membeli pribadi Padji untuk tampil di muka umum dan membela Anies mati-matian.
Saya sama sekali tidak mencemooh dia. Sebagai seorang komika yang pencaharian nafkahnya dari menjual rangkaian kata-kata, apa yang Pandji lakukan sah-sah saja. Apalagi saat itu, kita semua hanya tahu bahwa Anies dipecat oleh Jokowi dan dipungut oleh Prabowo. Alasan dibalik pemecatan dan pemungutan, kita juga tidak tahu.
Saya yakin, ketika Pandji menerima "job" dari Anies Baswedan untuk melambungkan nama dia ke angkasa di Pilkada Jakarta, modal Pandji adalah pengetahuan dia yang baik-baik semua tentang Anies Baswedan. Santun, penuh gagasan, agamis, humanis, cendekiawan muda, muslim pula.... apalagi yang Pandji butuhkan untuk berorasi tentang Anies Baswedan.
Dan Pandji menjadi satu dari sekian banyak orang yang bahagia atas kemenangan Anies di Pilkada Jakarta. "Kita tidak membutuhkan orang yang hanya bisa bekerja bekerja dan bekerja. Jakarta sekarang membutuhkan pemimpin yang penuh dengan gagasan-gagasan-gagasan!" Ha ha ha, masih ingat saya sama kalimat yang Pandji ucapkan.
Tapi masa bangga dan dukungan itu sepertinya artificial bukan murni karena Pandji meyakini kualitas Anies Baswedan. Dengan Pandji berterus terang bahwa dirinya dibayar saja, itu sudah satu pembuktian bahwa dia tidak ikut bertanggung jawab atas ke-error-an Anies Baswedan sekarang. Dia hanya bersikap profesional.
Tapi jejak digital itu tidak akan pernah hilang !!! Tuitan Panji pada tahun 2015 tentang kejadian yang hampir sama dengan kejadian yang dialami oleh Ratna Sarumpaet menjadi bukti PEMBEDA bahwa di jaman Ahok, petugas Dinas Perhubungan memiliki kewenangan mutlak dari Ahok.
Dan ketika kita semua melihat pemandangan yang cukup fenomenal dimana seorang Ratna Sarumpaet dengan CONGKAKNYA merendahkan pegawai Departemen Perhubungan. Tuitan Pandji di tahun 2015 cukup menjadi pukul telak !! Tidak ada itu acara petugas Dinas Perhubungan dibentak-bentak, apalagi sampai mengembalikan mobil ke rumah Ratna Sarumpaet.
Benar-benar cuitan Pandji menjadi PEMBEDA antara Ahok dan Anies dalam menyelesaikan masalah yang sama. Masalah yang sangat amat teramat sangat sepele, yaitu NEPOTISME !!
Ini dia cuitannya....
"Si Petugas cerita dia pernah derek mobil parkir liar, ternyata punya ketua RW-nya Ahok. Dia ngancem mau nelfon Ahok. Balesan si Petugas epik... "Telfon Pak Ahok, Pak! Paling bapak diomelin, orang ini juga saya disuruh Pak Ahok! Si Ketua RW kagak jadi nelfon :)))))) "
Nampar bangeeeeeet ha ha ha ha ha ha ha ha ha....
Kalau saya jadi Ratna dan membaca tuitan Pandji yang baheula, saya akan merasa malu, tapi pertanyaannya, apa Ratna masih punya malu?? Katanya urat malu dia sudah putus... (Bukan Erika !!! Yang putus itu urat takutnya... bukan urat malunya...)
Dari video yang saya lihat, jelas terlihat bahwa Ratna Sarumpaet ADALAH HASIL DIDIKAN ORDE BARU, MANUSIA PRODUKSI ORDE BARU yang suka mengedepankan "Saya telfon Anies ya....!!!" seorang tokoh masyarakat, publik figur yang membanggakan dirinya mengenal para pejabat HANYA UNTUK DIGUNAKAN MENGANCAM ORANG-ORANG KECIL seperti pegawai Dinas Perhubungan.
Untung Ratna Sarumpaet tidak berkawan dengan Presiden Jokowi. Bisa-bisa kalau dia ditilang di Sabang, di Jogja, di Banjarmasin, di Manado, di Papua, pokoknya di wilayah kekuasaannya Presiden Jokowi, dia pasti bilang, "Saya telfon Pak Jokowi ya....!!!" hanya untuk masalah sepele.
Daaaaaaaan diwaktu yang sama, Ratna juga memperlihatkan diri sebagai seorang tokoh yang tidak mempan terhadap peraturan. Yaaaaa seperti budaya yang tumbuh di jaman Orde Baru dulu lah, dimana "Gue ini kawan pejabat A, B, C, E sampai Z!! Kamu jangan macam-macam sama saya!!" padahal jelas-jelas dia salah dan melanggar aturan.
Jadi kita semua tidak heran dan paham sekarang kenapa orang-orang seperti Ratna Sarumpaet begitu menentang Pemerintahan Jokowi yang mulai menerapkan budaya baru bahwa ATURAN ITU DIBUAT UNTUK DIPATUHI DAN BUKAN UNTUK DILANGGAR.
Kalau mental tokoh-tokoh nasional seperti Ratna Sarumpaet, bukan hal yang mustahil Indonesia pada tahun 2030 akan benar-benar bubar !!!
Dan saya hanya akan bilang : Eh Ratna... kamu itu kampungan !!!
0 Response to "Pandji Pragiwaksono : Ratna Sarumpaet Menjadi Pembeda Antara Ahok Dan Anies"
Posting Komentar