loading...
Adanya gagasan Sri Bintang Pamungkas (SBP) tentang ‘Gerakan Menolak Jokowi’ di pilpres 2019 bagai angina segar bagi lawan politik Jokowi. Salah satunya adalah PKS.
Siapa Sri Bintang Pamungkas? SBP adalah seorang aktivis politik. Dulu menolak Soeharto sebagaimana aktivis lainnya. Kemudian mendirikan partai PUDI tetapi tidak survive. Setelah sekian lama tidur, SBP terbangun ketika ada kasus Ahok. Bersamaan dengan itu ia getol menuntut Jokowi mundur. Pada Desember 2016, dia menjadi tersangka makar Bersama Kivlan Zein, Ahmad Dhani, Ratna Sarumpaet, dan yang lain. Terakhir ia kembali getol menolak pencalonan Jokowi sebagai capres Pilpres 2019 dengan ‘Gerakan Menolak Jokowi’.
Kesalahan SBP ini sudah saya bahas di artikel sebelumnya dengan judul Gerakan Menolak Jokowi (I): Propaganda Sri Bintang Pamungkas Dan Menawarkan Sri Sultan. Sayangnya kesalahan SBP ini justru diamini PKS melalui Mardani sebagai hak setiap orang dalam menyampaikan pendapat. Pie iki cuk? Kita akan lihat bagaimana PKS mengamini kesalahan SBP.
"PKS menilai (gagasan Sri Bintang) itu hak setiap warga negara untuk menyatakan pendapatnya yang dijamin oleh undang-undang dasar, baik yang mendukung Pak Jokowi maupun yang meminta Pak Jokowi untuk tidak dipilih lagi punya hak yang sama" (Detik)
Bagaimana mungkin gagasan menolak seseorang berdasarkan fitnah dianggap sebagai hak menyampaikan pendapat. Menyampaikan pendapat memang hak, tetapi bukan berarti hak untuk memfitnah seseorang.
Contoh fitnah itu seperti ini. Pemimpin PKS terbukti korupsi. Beberapa kadernya juga terbukti korupsi. Maka bukan tidak mungkin PKS dibuat untuk menghabiskan uang negara.
Itu pendapat berdasarkan fakta. Tetapi yang salah dalam pendapat itu adalah kesimpulan dari logikanya. Maka ketika sudah salah dalam berlogika, pendapat itu tidak lain adalah fitnah. Karena kenyataannya PKS bukan untuk menghabiskan uang negara, melainkan untuk ikut serta membangun bangsa. Kalau ada pemimpin dan kader PKS korupsi, kejahatan itu tidak mengubah tujuan PKS. Ya kan?
"Kalau datanya ada ya monggo dibuka. Tetapi bahwa sebagian berpendapat Pak Jokowi tidak layak untuk dipilih kedua kali karena gagal dalam menakhodahi Indonesia dalam 3 tahun terakhir ini. (Tapi) Itu hak setiap warga yang mau berpendapat seperti itu (akan terjadi perang asimetris dengan Cina)." (Detik)
Fakta bahwa sebagian berpendapat menyatakan bahwa Jokowi tidak layak memimpin dua periode memang fakta. Kalau bukan fakta, ya masak PKS, Gerindra dan yang lain itu manusia jadi-jadian. Tetapi bukan berarti melegitimasi kesalahan berpikir dan fitnah terhadap presiden.
PKS harus sadar bahwa presiden sekarang itu masih Jokowi. Maka setiap warga negara wajib menghormati, menghargai dan menjaganya. Dalam hal ini, PKS melalaikan kewajibannya. Sudah jelas SBP tidak punya data. Masih saja disebut sebagai kebebasan berpendapat. Ya tidak salah kalau sekjen PSI menyatakan bahwa oposisi tidak ada yang kredibel. Ini buktinya.
"Kalau saya, saya sendiri sudah buat tagline ganti presiden 2019." (Detik)
Saya kira PKS tidak punya idealisme dalam berpolitik. Mereka yang punya idealisme tidak akan menghalalkan segala cara untuk mewujudkan idealismenya. Pantas PKS menganggap gagasan SBP itu sebagai kebebasan berpendapat. Hanya karena senada dengan tagline, PKS kehilangan akal sehatnya demi nafsu politik.
"Pada titik untuk sama-sama mengganti sepakat, tetapi untuk pada konten masing-masing punya konten dan punya alasan. Saya setuju kenapa kita harus ganti Pak Jokowi, karena negeri ini butuh nahkoda baru, untuk menghadapi tantangan ke depan agar bonus demografi, orang yang punya passion, yang punya kapasitas, kita sepakat" (Detik)
Sampai hari ini PKS belum menawarkan calon yang punya visi-misi yang punya passion dan yang punya kapasitas untuk menghadapi tantangan Indonesia ke depan. Mereka justru digadang-gadang mendukung Prabowo maju untuk kedua kalinya.
Saya itu heran. Apakah tidak ada orang PKS yang dapat diandalkan? Apakah harus mengusung Prabowo, yang pada 2014 lalu sudah tumbang melawan Jokowi. Begini loh ya PKS. Dalam hitungan popularitas, Jokowi sudah unggul. Berbicara tingkat elektabilitas, Jokowi masih unggul. Apalagi kalau kita mengacu pada kepuasan terhadap kinerja Jokowi, di atas 50%. Masak iya rakyat mau memilih kucing dalam karung?
Prabowo itu kucing dalam karung dalam hal membangun bangsa, karena dia tidak pernah menjabat di pemerintahan, entah sebagai lurah, camat, bupati, walikota, gubernur, maupun menteri. Logikanya, yang sudah pernah berkecimpung di pemerintahan seperti SBY pun terbukti belum mampu memajukan Indonesia, apalagi yang belum sama sekali. Kamu pikir dengan berbicara bocor-bocor akan mengubah nasib bangsa? Ngimpi….
"Karena PKS tidak boleh mengandalkan besarnya diri dengan gerakan orang lain. Tapi ada kesamaan ya PKS akan bersikap biasa aja, bagus ada yang sama pendapat dengan kami, tapi kalau pun tidak ada tidak ada masalah, karena memang negeri ini, negeri bebas." (Detik)
Jadi jelas, ya. Yang penting itu punya kesamaan gagasan. Tidak penting gagasan itu berbahaya atau tidak, masuk akal atau tidak, berkualitas atau tidak, fitnah atau tidak. Yang penting, sependapat. Itu sudah bagus buat PKS.
Saya jelaskan ya. Kesalahan pertama, ketika PKS setuju dengan fitnah SBP, maka mereka sedang menggali kuburan sendiri. Apalagi itu gagasan seorang tersangka kasus makar. Jika saja PKS menunjukkan komitmen melawan fitnah – sekalipun senada dengan mereka – maka mereka akan menuai simpati. Tetapi ya namanya tidak punya integritas ya begitu, yang penting sependapat.
Kesalahan kedua, ketika PKS sudah buat tagline ganti presiden 2019, tetapi menawarkan stock ujur, Prabowo. Saat itulah PKS harus jatuh kembali ke kubangan yang sama. Mengharap presiden baru dan menggantikannya dengan capres abadi adalah langkah mundur dalam konstelasi politik. Kecuali misalkan Prabowo sudah pernah menjadi presiden dan mau mencalonkan kembali itu masih masuk akal. Lah ini mau menduelkan Prabowo, yang selama ini sibuk mengurusi kuda, dengan Jokowi, yang sudah memang pada Pilpres lalu dan yang sudah bekerja untuk negeri ini. Ini lelucon apaan sih? Gak lucu tahu.
Saya kira PKS perlu strategi, langkah, dan semangat pembaruan yang baru. Kalau tidak PKS akan menjadi partai gurem. Sudah partai bersemangatkan islami, kadernya korupsi menggunakan istilah Al Quran pula. Mau dibawa ke mana PKS kalau mulai dari sekarang melakukan perubahan total? Ya ke laut.
0 Response to "Menolak Jokowi (II): PKS Sependapat Dengan Tersangka Makar"
Posting Komentar