Kamprét! Ternyata Kartun Majalah TÉMPO Lebih Melecehkan Rangga

loading...






Kamprét tenan Cak! Baru sadar. Ternyata kartun Majalah Tempo yang tempo hari meresahkan Front Pembela Islam (FPI) ternyata lebih melecehkan Rangga. Tokoh ganteng film Ada Apa Dengan Cinta (AADC). Sampai pada titik ini jadi aneh ketika FPI jadi ribut hingga demo segala. Pasalnya FPI seperti kena jurus Wiro Sableng hingga jadi orang bingung. Maksud hati ingin membela Habieb Rizeq yang tidak pulang-pulang, tetapi dari kacamata tertentu justru membela Rangga. Ha ha ha ha... kena deh!

Sebagai penggemar AADC, saya mengakui kurang sreg dengan kartun Majalah Tempo. Mengapa Rangga yang ganteng, modis dan stylis, digambarkan seperti itu? Berpakaian ala orang asing, tidak Indonesia apalagi Jawa. Padahal Rangga jelas-jelas nama Jawa yang Indonesia banget. Masya Allah! Mengapa digambarkan seperti itu, sih? Zaadis!


Untung saja para penggemar Rangga tidak demo ke Kantor Majalah Tempo. Dapat dibayangkan alangkah repotnya aparat kepolisian ketika harus mengamankan dua arus massa. Massa Front Pembela Rangga di satu pihak, dan pada pihak lain massa pendukung Habib Rizieq yang masih tetap ibadah umrah.

Kerepotan lain tentu harus dihadapi oleh Redaksi Tempo bila massa pendukung Rangga yang tersinggung ikutan demo. Apalagi kalau massa ini ikutan bawa mobil komando, teriak-teriak hingga serak sampi hampir berak, menggebrak meja, melempar botol mineral, lengkap dengan perilaku sadis dan anarkhis. Pokoknya semua perilaku tidak sopan, norak, kasar dan tidak beradab ditunjukkan para Front Pembela Rangga (FPR). Pasti Redaksi Tempo lebih kelabakan.

Tidak kelabakan bagaimana ketika ada ormas pembela yang perilakunya brutal dan tidak mencerminkan akhlak yang baik, apalagi mengamalkan ajaran Islam yang rahmatin lil alamin. Ajaran Islam yang membawa rahmat pada semesta.

Pujian layak diberikan kepada Front Pembela Rangga yang memilih tidak demo. Rupa-rupanya FPR lebih sadar bagaimana menaati UU Pers, selain menunjukkan nilai hidup beragama yang ramah, penuh kasih, pemaaf dan tidak gampang marah-marah. Apalagi hingga teriak-teriak sambil bawa-bawa pentung tak terbungkus sarung. Semoga masyarakat Indonesia banyak belajar pada FPR yang tidak tersinggung pada Majalah Tempo. Sekalipun, tokoh idolanya yang tamfan dan guanteng pol digambar secara tidak proporsional.

Mudah-mudahan nanti ada penjelasan dari Majalah Tempo mengapa Rangga jadi seihik-ihik begitu. Toh dalam kisah AADC pertama dan kedua, Rangga tidak pernah digambarkan memelihara kambing. Ibu Rangga juga tidak memarahinya supaya dia cepat pulang untuk sekedar memberi rumput pada kambing di kandang dekat pohon pisang.

Fakta ketokohan Rangga seperti itu kiranya menjadi pertimbangan tersendiri oleh Majalah Tempo ketika nanti menyampaikan kejelasan konsep. Bagaimanapun FPR perlu dibantu supaya paham dengan karya jurnalistik. Bahwa karya jurnalistik itu merupakan buah gagasan yang mengekspresikan aneka macam kegelisahan dengan berbagai teknik dan gaya penyampaian dengan tidak merendahkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.

Hal yang masih bisa diapresiasi dalam kartun Majalah Tempo adalah cerminan nilai-nilai ketimuran yang masih dipertahankan. Dialog dengan menyertakan kata 'maaf' tentu bernilai tinggi. Soal pakaian yang bercorak ketengahan kiranya tak perlu dipermasalahkan, karena nilai adat ketimuran masih diperhatikan Majalah Tempo.

"Maaf.... saya tidak jadi PULANG..."


Tentu, sebagai orang yang dididik ilmu agama yang mengerti pentingnya nilai memaafkan tidak akan keberatan untuk memaafkan Rangga. Kalau dia tidak jadi pulang tentu ada alasan yang bisa diterima. Mungkin Rangga masih menjalankan ibadah, bisa jadi masih menunggu Tante Pirzza menuntaskan chattingan hingga tahun 2030.

Tahun di mana menurut pidato Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto Indonesia sudah tidak ada lagi.

"Saudara-saudara! Kita masih upacara, kita masih menyanyikan lagu kebangsaan, kita masih pakai lambang-lambang negara, gambar-gambar pendiri bangsa masih ada di sini. Tetapi, di negara lain mereka sudah bikin kajian-kajian, di mana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030."

Nah, tahu kalau Rangga tidak jadi pulang, Indonesia diramalkan seorang Ketua Umum Partai bahwa pada tahun 2030 bakal bubar, bagaimanakah perasaan Cinta? Sangat mungkin, perempuan cantik ini akan mengulang-ulang perkataannya secara terstruktur, sistematis dan masif: "Yang kamu lakukan itu, JAHAT!"

Kamprét-kamprét!



0 Response to "Kamprét! Ternyata Kartun Majalah TÉMPO Lebih Melecehkan Rangga"

Posting Komentar