Bu Vero, Kenapa Kau Hanya Diam Saja???

loading...







Yang terkasih Bu Veronica Tan, istri Ahok.

Ibu, aku masih ingat dengan jelas saat pertama kali kita bertemu di Jakarta. Saat itu, Rabu, 16 Agustus 2017, kita sama-sama nonton Konser Kemerdekaan Addie MS di Aula Simfonia Jakarta. Tak sengaja kita berdua berpapasan, bertemu di lorong keluar masuknya pemain Twilite Orchestra.


Kesan pertamaku saat melihatmu adalah: Bu Vero orangnya pendiam dan pemalu. Tak ada make up tebal di wajah cantikmu yang putih berseri. Tak ada juga bau parfum menyengat yang tercium dari tubuhmu sekalipun posisiku sudah begitu dekat padamu saat itu. Yang terlihat hanyalah kesederhanaan dari seorang istri mantan Gubernur DKI yang sangat fenomenal kinerjanya.

Dengan ramah Bu Vero juga menyanggupi permintaanku untuk berfoto bersama. Kita juga sempat berbincang sejenak saat itu. Dengan sabar Bu Vero mendengarkan aku menceritakan kebahagiaanku dan anak-anakku saat surat kami dibalas oleh Ahok dari dalam penjara. Saat itu aku sempat melihat binar gembira di matamu sambil berkata,”Oh yaaaa….. Dibalas suratnya sama Bapak. Senang dong!”

Ibu, saat itu juga foto kita berdua langsung aku pajang di facebook-ku. Dan sudah bisa ditebak, dalam waktu singkat banyak jempol dan komentar yang masuk. Kebanyakan dari mereka berkata kita berdua mirip wajahnya. Seperti kakak beradik. Sejak itu aku juga mendapat julukan baru sebagai Bu Vero KW.

Pernah satu kali saat di bandara, aku dikejar dan dicegat seorang sopir taxi. Dia nekat menghentikan langkahku karena mengira aku Bu Vero yang sedang datang berlibur ke Bali.

Ibu, tahukah kau bahwa aku sangat menyayangimu, Ahok, juga anak-anakmu. Aku menyayangi kalian sekeluarga.

Saat Ahok divonis 2 tahun penjara, aku menangis berhari-hari saking sedihnya. Sampai sekarang, airmataku selalu aku tahan dengan susah payah setiap kali mengingat Ahok. Bisa Bu Vero bayangkan saat aku mendengar berita perceraian kalian???

Aku hancur Bu. Hatiku benar-benar hancur memikirkannya.

Antara tak percaya dan tak rela, akhirnya aku bisa menyadari dan menerima sepenuhnya bahwa pernikahan kalian memang sedang dalam masalah yang sangat serius.

Berbagai versi sudah aku dengar dari sana sini. Namun aku hanya percaya 1 versi saja. Versi keluarga. Dalam hal ini adalah keluarga Ahok sebagai perwakilan dari mulut Ahok sendiri.

Tuduhan perselingkuhan yang Bu Vero lakukan terasa sangat menyiksaku Bu. Sesak napas rasanya. Masih antara percaya dan tidak, bahwa perempuan bersahaja yang sejak kecil sudah sangat dekat dengan ayat-ayat Alkitab bisa melakukan hal seperti itu???

Akupun sudah berusaha mencari informasi dari versimu dan versi keluargamu. Tapi aku sama sekali tidak mendapatinya. Bu Vero cuma diam saja. Kenapa Bu Vero tidak mau berkata apapun tentang perceraian ini??? Kenapa diam Bu??? Sampai kemarin kami menunggu jawaban Bu Vero dan pengacara di pengadilan sidang pertama perceraian, tapi Bu Vero tidak datang. Kami sedih Bu. Sangat sedih.

Akhirnya akupun menyimpulkan, diamnya Bu Vero memiliki beberapa kemungkinan:

• Bu Vero memang benar seperti yang dituduhkan dan tak punya bantahan apapun tentang itu.

• Benar ataupun tidak telah terjadi perselingkuhan, Bu Vero tak ingin terjebak dalam pembicaraan yang berujung pada membongkar sisi negatif Ahok dan keluarga Ahok.


Ibu, apapun itu, dirimu memang sudah seharusnya datang ke persidangan dan berbicara di sana secara langsung ataupun lewat pengacara. Cepat atau lambat keterangan darimu memang harus segera disampaikan sesakit apapun kenyataannya. Toh kami juga sama sekali tidak berhak menghakimimu, karena kami memang tidak tahu persis “neraka” apa yang sedang kau jalani dalam pernikahanmu dengan Ahok.

Namun ada satu hal yang aku tahu Bu. Yang aku tahu dengan pasti, tugas seorang isteri adalah setia pada suaminya sampai mati. Begitu juga sebaliknya. Satu laki-laki untuk satu perempuan dalam ikatan suami isteri sampai maut memisahkan, seperti sumpah yang sudah kita ucapkan di hadapan Tuhan dan jemaat saat kita menikah di gereja dulu.


Ibu, lagi-lagi airmataku jatuh di bagian ini. Campur aduk rasanya, karena lagi-lagi akupun tak berhak menghakimimu. Sebab, jika berada di posisimupun aku belum tentu mampu menjalaninya. Sebegitu beratnya kesetiaan kita diuji. Ada yang lulus, ada juga yang tidak lulus. Yang harus kita ingat bersama, ujian kesetiaan bukan hanya sekedar ujian badani saja. Ujian kesetiaan juga menyangkut hati. Dan status dosanya juga tetap sama yaitu dosa tidak setia. Seperti ada tertulis dalam Matius 5:28 yang berbunyi:


“Tetapi aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.”

Siapa yang bisa lolos dari ayat selingkuh hati ini Bu??? Tidak bakalan ada yang bisa lolos termasuk diriku. Dan faktanya, jujur akupun pernah berselingkuh hati saat dulu suamiku di PHK. Tubuhku memang terjaga kesuciannya, tapi hatiku sudah tergoda meninggalkan suamiku karena aku tak tahan hidup menderita tanpa kenyamanan.

Bu Vero yang terkasih, atas dasar itulah aku merasa sama sekali tidak berhak menghakimimu sekalipun seandainya suatu saat nanti terbukti perselingkuhan yang dituduhkan padamu itu benar adanya. Aku takkan pernah bisa mengukur kaki orang lain dengan memakai sepatuku, karena memang bukan aku yang menjalaninya.

Yang ingin aku tekankan di sini adalah: tak ada dosa yang tak terampunkan Bu. Selagi kita masih bernyawa dan mau memanfaatkan kesempatan untuk menyadari dan mengakui semua kesalahan kita, Tuhan yang menghukum dengan adil seadil-adilnya itu ternyata adalah Tuhan yang Maha Penyayang dan Maha Pengampun. Dalam keadilanNya, selalu ada kasih sayang dan pengampunanNya. Tinggal kita mau memanfaatkannya atau tidak.

Bu Vero, akupun tak ingin ikut campur masalah rumah tanggamu. Bercerai ataupun tidak itu adalah keputusan pribadimu dan Pak Ahok yang harus diterima oleh siapapun juga termasuk oleh orang-orang yang sangat menyayangi kalian, yang selama ini tidak pernah menginginkan perceraian itu terjadi.

Namun saat ini, aku ingin bicara dari hati ke hati sebagai perempuan yang sama-sama sudah dewasa. Bu Vero yang terkasih, sudikanlah hatimu untuk datang dan mengaku apa adanya pada Ahok sebagai kepala keluarga yang sudah sepatutnya dan selayaknya dihormati. Entah itu pengakuanmu yang terakhir sebagai isteri Ahok akupun tak berani berharap banyak. Tapi semua masalah memang harus diselesaikan baik-baik bukan??

Jika dirimu memang harus datang untuk mengakhiri statusmu sebagai isteri Ahok, datanglah baik-baik dengan segala kerendahan hati. Dan jangan pernah lupakan bahwa dulu Bu Vero pernah berkata pada Pak Ahok, ”Mau jadi pengikut Yesus atau Barabas?” Jangan pernah lupakan itu Ibu. Seperti aku juga takkan pernah melupakan kenangan manis kita walaupun hanya sesaat.

Apapun statusmu nanti, aku tetap akan menghormatimu Bu Vero, karena aku memang tak pernah berminat untuk melemparkan batu penghukuman dan penghakiman itu kepada siapapun juga termasuk kepadamu



0 Response to "Bu Vero, Kenapa Kau Hanya Diam Saja???"

Posting Komentar