Kenapa Prabowo Takut Debat? Karena Tak Punya Program Kerja

loading...







KPU batal memfasilitasi sosialisasi visi misi Capres Cawapres jelang debat Pilpres 2019. Alasannya karena kedua kubu tidak menemukan kata sepakat. Kubu Jokowi menginginkan pemaparan visi misi disampaikan satu kali saja pada tanggal 9 Januari 2019 dan dalam 5 kali debat isinya full program. Sementara kubu Prabowo ingin agar visi misi disampaikan pada tanggal 9 Januari 2019, dan dalam 5 kali debat juga diawali dengan pemaparan visi misi.

Itu faktanya, dan itu yang menjadi pokok perdebatan di KPU. Sehingga akhirnya KPU mengambil keputusan untuk membatalkan sosialisasi visi misi. Liciknya, pendukung Prabowo justru menuduh Jokowi takut untuk berdebat atau menyampaikan visi misinya. Menuduh Jokowi membutuhkan stuntman seperti pembukaan Asian Games sehingga tak mau menyampaikan visi misinya secara langsung.


Padahal aslinya justru kubu Prabowo yang takut untuk berdebat tentang program dan rencana kerja untuk 5 tahun ke depan. Sehingga mereka ingin agar pembacaan visi misi dibaca di setiap awal debat. Agar masyarakat bosan dan tak terlalu antusias, agar segala kebodohan dan kesalahan data atau hoax mereka dapat tertutupi. Dan kalaupun ada kesalahan ucapan, tidak terlalu banyak terjadi karena durasi debat sudah habis oleh pembacaan visi misi sepanjang 26 menit. Sehingga goalnya adalah debat Pilpres tidak lagi memberi efek elektoral yang signifikan.

Sebaliknya kubu Jokowi justru ingin agar momen debat ini dapat membuka mata masyarakat Indonesia selama ini. Agar masyarakat paham program kerja dan rencana 5 tahun ke depan. Tidak terfokus pada pembacaan visi misi yang diulang-ulang dan akhirnya membuat bosan atau malas melihat debat.

Bagi kita masyarakat Indonesia, jelas visi misi itu hanya cukup sekali dibacakan dan diprint sebagai catatan. Visi misi bukanlah ayat suci yang harus dibaca berulang kali. Visi misi adalah sebuah catatan dan rangkuman. Yang perlu dijelaskan justru program, rencana dan tindak lanjut dari visi misi tersebut agar masyarakat awam paham.

Bagi kubu Prabowo yang sudah berkali-kali kalah dalam Pilpres nampaknya dia memang belajar banyak dari momen debat. Mereka menyadari bahwa suara pemilihnya berkurang drastis pasca debat. Pada 2014 lalu kita ingat dengan istilah-istilah naif dan memalukan seperti saat Cawapres Prabowo yang tak dapat membedakan antara adipura dan kalpataru. Atau saat Prabowo berkali-kali mengatakan “bocor” dan berhasil membuat SBY berang dan bertanya “angkanya dari mana? Mungkin perlu ditanyakan ke Pak Hatta (sebagai Menko Perekonomian zaman SBY)”

SBY yang waktu itu memilih netral atau tak memihak, sekalipun besannya ikut berlaga, akhirnya ikut buka suara dan balik memojokkan Prabowo pasca debat. Efek debat Pilpres itupun menghasilkan kekonyolan dan masyarakat tau betapa tidak pahamnya Prabowo tentang mengelola negara, sehingga akhirnya tidak pantas dipilih sebagai Presiden Indonesia.


Kubu Prabowo pasti sadar betul bahwa program dan rencana kerja adalah sesuatu yang sangat sulit dijabarkan. Ya karena mereka memang hanya ingin berkuasa, bukan ingin bekerja. Maka menjadi baik kalau debat Pilpres diisi oleh pembacaan visi misi, bahkan kalau perlu tak usah berdebat.

Maka jangan heran kalau Sandiaga mengusulkan agar debat Capres Cawapres sebaiknya ditiadakan saja, diganti dengan menjadi format sumbang saran. Kubu Prabowo sebelumnya juga mengusulkan agar debat menggunakan bahasa inggris dengan alasan bahasa internasional. Padahal sebenarnya mereka takut untuk berdebat dan adu gagasan.

Coba dibayangkan andai debat capres menggunakan bahasa inggris, seberapa banyak orang bisa paham bahasa inggris? Okelah ada translator dan ada terjemahannya, tapi apakah itu menarik untuk dibaca? Seberapa banyak orang yang bisa membaca cepat? Bahkan masih banyak warga kita yang belum bisa membaca.

Kubu Prabowo sadar betul kondisi masyarakat. Sadar betul kelemahan dan kekurangannya. Sehingga mereka ingin agar debat Capres ini dibuat bosan, dibuat tidak paham dan tidak mengerti, supaya tak memiliki dampak elektoral kepada kandidat atau minimal tidak mengurangi jumlah pemilih Prabowo.

Saya pikir mereka ini memang segerombolan orang-orang yang dalam otaknya selalu berpikir bagaimana caranya membohongi masyarakat. Lihatlah bagaimana hoax Ratna Sarumpaet, hoax selang cuci darah digunakan 40 orang, hoax 7 kontainer surat suara tercoblos, hoax kajian Indonesia bubar 2030, hoax Haiti di Afrika dan seterusnya. Semua hoax tersebut begitu terstuktur, sistematis, massif membodohi dan membohongi masyarakat.

Lewat hoax Ratna mereka ingin pemerintahan Jokowi dianggap dzalim karena telah menganiaya tim kampanye nasional Prabowo. Lewat selang cuci darah digunakan 40 orang dan Indonesia bubar 2030 mereka ingin agar masyarakat was-was, khawatir, dan ujungnya beranggapan kondisi negar kita sedang krisis dan buruk.

Kenapa mereka melakukan itu semua? Jawabannya sama dengan pertanyaan kenapa mereka mau agar pemaparan visi misi dibacakan terus di setiap 5 kali acara debat. Karena mereka sejatinya tak punya program, tak punya rencana kerja untuk membangun Indonesia. Begitulah kura-kura. #JokowiLagi





Sumber

0 Response to "Kenapa Prabowo Takut Debat? Karena Tak Punya Program Kerja"

Posting Komentar