Nah Loh.... 4 Bom Siap Pakai Dirakit Di UNRI! Fahri Hamzah Nyinyir, Bela Mau Teroris?

loading...






Densus 88 menangkap tiga terduga teroris di Gedung Gelanggang Kampus FISIP Universitas Negeri Riau (UNRI). Densus 88 juga menyita 4 bom rakitan siap pakai, 8 bungkus serbuk berbagai jenis yang mudah terbakar, 2 busur panah beserta 8 anak panah serta 1 senapan angina. (Sumber: Kompas)

Menurut Kapolda Riau, ketiga terduga teroris adalah alumni dari kampus FISIP UNRI. Mereka merakit bom di Gedung Gelanggang. Rencananya bom akan diledakkan di Gedung DPRD Riau dan DPR RI. Mengenai motif pelaku, masih didalami kepolisian.


Apa pun motif pelaku dan tempat yang akan diledakkan, tindakan teror tidak bisa ditolerir dan harus ditumpas habis sampai ke akar-akarnya. Apalagi ketika perakitan bom dilakukan di kampus, tempat di mana mahasiswa mengembangkan pengetahuan, tempat yang seharusnya jauh dari kekerasan dan teror. Fakta ini menunjukkan bahwa kampus pun tidak lagi steril dari paham terorisme dan kekerasan.

Yang menjadi masalah adalah masih ada pihak-pihak yang seolah menutup mata terhadap bahaya terorisme. Padahal mereka seharusnya menjadi orang-orang yang pantas diandalkan untuk mendukung pemberantasan terorisme. Apa pun motifnya, apa pun tujuannya.

Parahnya justru merekalah yang nomor satu nyinyir kepada pemerintah ketika ada penindakan terhadap terduga terorisme. Fahri Hamzah adalah salah satu dari antaranya. Dia bereaksi keras menanggapi tindakan Densus 88 menggeledah Gedung Gelanggang kampus UNRI.

Tidak tanggung-tanggung reaksi Fahri Hamzah terkesan sangat berlebihan. Saya mencatat beberapa reaksi dan bahkan Fitnah Hamzah terhadap pemerintahan Jokowi. Pertama, menuduh pemerintah membebaskan senjata masuk (dibawa) ke kampus. Padahal bila mengacu pada fakta, bagaimana mungkin Densus 88 tidak membawa senjata untuk menghadapi teroris? Ini sama saja mau mendiskreditkan pemerintah seolah tindakan penggeledahan itu tindakan semena-mena.



Kedua, menilai presiden tidak punya kemampuan. Komitmen presiden adalah memberantas terorisme sampai ke akar-akarnya. Presiden bukan tidak memahami kompleksitas Indonesia. Justru karena paham kompleksitas Indonesia maka dia memberikan kewenangan kepada Densus 88 untuk menjaga agar kompleksitas Indonesia tidak dirusak oleh teroris.

Ketiga, menuduh Jokowi bertindak represif sebagaimana Orde Baru. Konteks Orde Baru adalah pembungkaman terhadap suara-suara kritis dari kalangan mahasiswa dengan menggunakan kekuatan militer. Yang sekarang kita hadapi adalah teroris, bukan suara-suara kritis. Kalau mau bersuara bukan dengan bom, melainkan menggunakan akal sehat untuk menyuarakan kritikan.

Terbukti pemerintah tidak pernah melarang orang untuk menyuarakan pendapatnya. Hampir setiap hari ada demo di depan istana. Itu tandanya setiap orang bebas menyampaikan pendapatnya. Tetapi memang pernyataan Fahri Hamza bukan untuk melindungi kebebasan berpendapat, melainkan untuk menimbulkan stigma bahwa Jokowi anti kritik atau main hakim sendiri. Selain itu mungkin dia mau melindungi teroris.

Keempat, anggap remeh terhadap teroris. Teroris tidak mengenal tempat yang mana bisa bawa senjata, yang mana tidak. Teroris itu berbahaya. Masak Densus 88 mau menghadapi bom dengan modal senyum, ya matilah.


Densus 88 pasti sudah memiliki pertimbangan tertentu yang membuat mereka melakukan penggeledahan. Terbukti bahwa mereka menemukan bom dan bahan-bahan berbahaya lainnya. Itulah hasil data intelijen. Jadi tidak seperti yang dikatakan Fahri Hamza. Densus 88 sangat taat dengan SOP mereka sendiri.

Tapi mungkin Fahri Hamza belum tahu kalau Densus 88 berhasil menyita 4 bom siap ledak yang dirakit di kampus tersebut. Dia mungkin hanya tahu kalau ada penggeledahan dan memang kepolisian belum memberi keterangan. Masuk akal kepolisian tidak memberi keterangan untuk mengontrol situasi. Kalau diberi keterangan ada bom dan sedang dijinakkan, bisa-bisa seluruh Riau gaduh bukan main.

Entah karena tidak tahu, Fahri Hamzah seolah menggampangkan terorisme. Mungkin karena dialah salah satunya sehingga dia tidak rela kawan seperjuangannya ditangkap Densus 88. Kesimpulan ini tak bisa dihindari mengingat reaksi Fahri yang terkesan berlebihan dan melindungi teroris.

Pantas saya bertanya ke Fahri kenapa sepertinya menghalang-halangi pemerintah melakukan penindakan tegas terhadap teroris. Tidak ada sama sekali apresiasi kepada pemerintah dengan tindakan tegasnya. Seolah tindakan pemerintah memberantas terorisme selalu salah di mata orang ini. Apakah dia salah satu dari teroris, saya tidak tahu.

Kalau Fahri tidak mau dicurigai sebagai pembela teroris, pelindung teroris atau pun bagian dari teroris, dukunglah pemerintah memberantas teroris, apresiasilah Densus 88 yang sudah berhasil menggagalkan aksi bom yang akan meledakkan DPRD Riau dan DPR RI. Sudah mau dibom masih saja membela. Orang gila macam apa seperti itu?

Saya sangat berharap kalau Fahri tidak sedang melindungi teroris atau menghalang-halangi pemberantasan teroris atau bagian dari teroris. Masak pimpinan DPR juga bagian dari teroris, kan bahaya sekali. Betapa gobloknya rakyat Indonesia menitipkan hidupnya kepada teroris. Itulah yang saya tidak mau.

Salam dari rakyat jelata



0 Response to "Nah Loh.... 4 Bom Siap Pakai Dirakit Di UNRI! Fahri Hamzah Nyinyir, Bela Mau Teroris?"

Posting Komentar