loading...
Dipastikan sekarang para teroris biadab dan sel-sel tidur kelompok JAD dan JAT akan terkencing-kencing di celana. Presiden Jokowi tanpa tedeng aling-aling sudah mengaktifkan kembali Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopsusgab) untuk bantu Densus 88 sikat-sikatin para teroris sampai ke sarang-sarangnya.
Koopsusgab sudah gatal tangannya ingin dorr doorrr doorrr para teroris bajingan tengik agar cepat menghadap Sang Khalik. Satuan ini jangan dianggap main-main. Koopsusgab adalah kesatuan elit yang merupakan gabungan dari para prajurit TNI, baik itu TNI Angkatan Darat, TNI Angjatan Laut, maupun TNI Angkatan Udara. Siap-siap modar loe.
Kini Komando Operasi Khusus Gabungan TNI ini telah diinstall ulang oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Perbantuan Koopsusgab terhadap Polri dalam pemberantasan terorisme akan komandoi oleh Panglima TNI, namun dalam implementasinya dilapangan tetap koordinasi dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Gabungan antara Koopssusgab dan Densus 88, adalah kolaborasi yang sangat mantap menjadi garda terdepan pencegahan dan penanganan terorisme di NKRI. Koopssusgab tidak akan berikan celah sedikitpun untuk virus virus terorisme menggeroti NKRI.
Intinya Koopsusgab sudah siap bikin para perusak negara itu terjungkal dan menggelepar-gelepar di aspal sampai sakratul maut lalu dijemput 32 bidadari sorgawi yang semoks dan hot pake bingits itu.
Persetan dengan HAM. Saat 5 Brimob disembelih para teroris biadab, dimana suara Komnas HAM? Dimana rasa empati mereka terhadap kelima prajurit Polri yang gugur untuk membela ibu Pertiwi? Sekedar ucapan belasungkawa saja tidak ada.
Jangan karena atas nama HAM lalu negeri yang kita cintai ini menjadi seperti Suriah, Libia, Irak dan Afganistan yang hancur berantakan karena ulah Islam radikal yang berhasil mencengkram kuku mereka dengan kuatnya.
Koopsusgab ini dulu dibentuk Pertama kali oleh Moeldoko saat menjabat sebagai Panglima TNI pada bulan Juni 2015. Koopssusgab merupakan tim antiteror gabungan dari Sat-81 Gultor Komando Pasukan Khusus TNI AD, Detasemen Jalamangkara TNI AL, dan Satbravo 90 Komando Pasukan Khas TNI AU.
Koopssusgab diresmikan pada 9 Juni 2015 oleh Moeldoko, yang saat itu menjadi Panglima TNI. Dalam acara peresmiannya di lapangan Monas, Koopssusgab menunjukkan kecanggihan peralatan mereka, yaitu helikopter Bell 412, MI-35, SA-330 Puma, serta pesawat SA-330 Puma.
Kepemimpinan Koopssusgab digilir secara bergantian selama enam bulan. Misalnya, enam bulan pertama Koopssusgab dipimpin oleh Danjen Kopassus (AD), enam bulan kedua Dankomarinir (AL), bulan kemudian dipimpin Dankorpaskhas (AU), dan seterusnya.
Tugas-tugas yang ditangani Koopssusgab sifatnya extraordinary operation. Namun entah kenapa, Koopsusgab ini dibubarin. Sayang banget.
Dengan diaktifkan kembali Koopssusgab, NKRI kini punya pasukan yang bisa diturunkan secara cepat saat terjadi situasi genting menyangkut terorisme. Kelebihan Koopssusgab yaitu pada punya kekuatan soft power dan hard power.
Kekuatan soft power yaitu pada mentalitas pasukan dalam hal menyatukan persepsi, serta membangun soliditas dan solidaritas antarpasukan. Sedangkan kekuatan hard power bersifat teknis, seperti kekuatan teknologi terbaru, kekuatan logistik, serta kekuatan peralatan khusus.
Sebelum Koopssusgab, dulu pernah ada yang namanya Denharin (Detasemen Harimau Indonesia), pasukan paling mematikan. Hanya 1 pleton tapi kekuatannya mampu melumpuhkan 1 kompi pasukan terlatih. Sayangnya sudah dibubarkan.
Anyway, terima kasih pakde sudah mengaktifkan lagi Koopssusgab. Penanganan teroris harus komprehensif, yang diburu jangan hanya teroris, akan tetapi juga tokoh-tokoh agama yang menyebarkan paham-paham radikal dan intoleran di tempat-tempat ibadah dan para politisi yang secara terang benderang membela teroris.
Sesungguhnya merekalah biang dari segala tindakan terorisme yang mengakibatkan kematian dan pertumpahan darah serta menebarkan ketakutan kepada orang lain.
Contohnya cuitan Fadli yang bilang terorisme biasanya bkembang di negara yang lemah pemimpinnya, mudah diintervensi, banyak kemiskinan dan ketimpangan dan ketidakadilan yang nyata.
Padahal laron-laron di baskom juga tahu sejak era Soeharto hingga SBY terorisme sudah ada. Aksi terorisme justru paling banyak terjadi di era Soeharto dan SBY.
Kalau Fadli Zon bilang terjadinya terorisme itu karena pemimpinnya lemah dan rakyatnya miskin, pertanyaannya kenapa di Amerika dan Eropa terjadi aksi-aksi terorisme padahal mereka adalah negara yang kaya raya dan perekonomiannya sudah sangat maju.
Saat politisi-politiisi busuk seperti si Fadli Zon ini memberi ruang kepada mereka, saat itulah mereka merasa berada di atas angin.
Sudah cukup selama ini nafsu setan manusia-manusia berahlak iblis yang haus darah itu dikasih panggung. Saatnya sikat sampai rata dengan tanah.
NKRI harga mati.
0 Response to "Koopsusgab, Monster Mengerikan Besutan Moeldoko"
Posting Komentar