loading...
Kepiawaian Anies Baswedan dalam menata kata memang tiada duanya. Bekas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang kini menjabat Gubernur DKI Jakarta ini selain dikenal santun juga seorang ahli tata kata.
Dalam berbagai kesempatan hal yang selalu ditandaskan adalah jangan meremehkan kekuatan kata. Dengan berbekal kekuatan kata, pasangan Sandiaga Salahuddin Uno ini pun ingin orang tidak hanya mementingkan kerja. Inilah yang membuat Gubernur penggusur Ahok ini layak disebut sebagai ahli pencipta lapangan kata dan bukan pencipta lapangan kerja.
Nah, bagaimanakah ketika banjir melanda beberapa kawasan di Jakarta? Adakah kekuatan kata-kata yang bisa diandalkan menanggulangi banjir? Tentu ada. Kata penting yang dipersembahkan untuk warga terdampak banjir adalah pentingnya ketabahan. Hal ini disampaikan ketika mengunjungi warga korban banjir di Cililitan, Jakarta Timur.
"Musibah ini kita hadapi bersama-sama dengan ketabahan. Kita tunjukkan kepada yang memperhatikan bahwa warga Jakarta tangguh, warga Jakarta tabah. Ini dilewati dengan leluasa," ujarnya di Cililitan Kecil, Jakarta Timur, Jumat siang, 9 Februari 2018, seperti dipantau tempo.co.
Selain soal pentingnya ketabahan, Anies tidak lupa dengan kata 'hikmah'. Selayaknya orang berdakwah, Gubernur Baswedan pun tidak menyusun kata-kata tentang program kerja kepada warga tentang bagaimana mengatasi banjir ke depan. Rupanya, bagi Gubernur usungan Partai Keadilan Sejahtera dan Gerindra ini banjir tidak untuk diatasi tetapi harus dicari hikmahnya.
"Insya Allah kita semua akan bisa melawati cobaan ini dengan baik. Insya Allah mendapatkan yang lebih baik. Memang hikmah itu tidak pernah datang kemarin, hikmah itu datangnya besok," katanya seperti pendakwah.
Itulah sosok Gubernur yang pintar menghibur walaupun miskin program antisipasi banjir. Ketika sempat melihat sheet pile atau tiang pancang konstruksi pengerjaan proyek normalisasi sungai, dia pun hanya mampu termenung dan tercenung. Untungnya tidak berwajah murung.
Dengan lincah, gubernur pilihan JKT-58 ini naik ke atas jembatan penyeberangan orang, dan melihat sejumlah bangunan semi permanen di bantaran Sungai Ciliwung. Nah, saat ditanya terkait penggusuran dan relokasi bangunan di bantaran kali Ciliwung, seperti terpantau suara.com, dia hanya bisa diam sesaat. Begitu manisnya Anies sebagai ahli tata kata ketika dia sempat kehilangan kata.
Menarik sekali, mengapa sebagai ahli tata kata hingga bisa sejenak kehilangan kata? Patut diduga kalau Gubernur ingat pada masa kampanye. Memorinya yang baik tentu merekam semua janji kampanyenya yang mengatakan anti pada penggusuran. Contohnya saat disampaikan kepada warga di Tanah Merah, Koja, Jakarta Utara pada 11 Maret 2017, seperti dicatat laman merdeka.com.
"Menggusur itu hanya akan menyebabkan kesengsaraan buat warga. Karena itu saya berkomitmen tidak akan melakukan penggusuran."
Pada tempat lain, Anies juga menegaskan bahwa dirinya tidak suka konsep gusur-menggusur. Dia merasa penggusuran selama ini tidak memandang nasib para warga dan diibaratkan seperti barang.
"Saya tidak suka konsep menggusur, kami justru melakukan penataan karena di seluruh dunia bisa ditata, Jakarta saja yang digarisin terus dipindah kayak barang," ungkap Anies, Senin (28/11/16).
Tidak heran bila ketika mengingat itu semua, gubernur santun dan seiman ini terdiam sejenak. Pasalnya, untuk kasus normalisasi hingga naturalisasi Kali Ciliwung, bagaimana bisa dilakukan tanpa penggusuran atau pun penataan?
Pada detik tersebut jangan-jangan dengan penuh kesantunan dan ketakwaan luar biasa tengah mengakui kebenaran yang disampaikan Ahok. Bahwa tidak mungkin Jakarta bebas banjir tanpa normalisasi Ciliwung. Dan, itu berarti dipastikan ada penggusuran secara terstruktur dan sistematis.
Kecuali bila berkat Bik Narti muncul narasi dan gagasan dalam balutan kata-kata bisa membuat sungai berlapis atau kali bertingkat. Tentu saja setelah air banjir diundang ke Balai Kota dan diajak bicara secara santun, mau memilih lewat tingkat atau lapis berapa. Realisasi sungai berlapis dan kali bertingkat ini mungkin saja terwujud bila meminta bantuan tujuh juta pasukan langit milik Wakil Gubernur Sandiaga Uno.
Pasukan langit ini bagi Sandi sangat diperlukan dalam rangka membangun Jakarta. Terutama untuk membuat sungai berlapis sehingga warga di bantaran kali tidak perlu digusur.
"... membangun (Jakarta) ke depan enggak hanya bisa tentara bumi, enggak bisa hanya pasukan berwarna-warni, tapi juga harus ada tentara langit, pasukan langit yang ikut membenahi Jakarta ke depan," kata Sandi seperti dilansir laman Kompas.com.
Niscaya dengan keterlibatan tujuh juta pasukan langit, normalisasi Kali Ciliwung bisa dilakukan tanpa penggusuran. Layak ditunggu kehadiran pasukan langit membantu pembangunan Jakarta.
0 Response to "Manisnya Gubernur Anies Saat Sempat Kehilangan Kata-kata"
Posting Komentar