loading...
Selamat malam Batfans! Wasit salah lapangan, yup betul itulah Ketua BEM UI yang mengacungkan buku kuning kepada Jokowi saat acara Dies Natalis kemarin. Aksi yang memalukan itu berujung dirinya dibully ramai-ramai oleh para Netizen. Namun ada jawaban cerdas dari akun @papua_satu yang menantang para mahasiswa UI.
Seperti yang kita semua tahu, Zaadit yang Ketua BEM UI mencuri perhatian dengan menjadi wasit di pertandingan yang salah. Tindakannya menuai banyak tanggapan, ada yang membelanya dan banyak yang mencaci di akun media sosialnya.
Namun satu akun ini jawabannya menarik. Ia menuliskan "Jika tenaga medis dijadikan alasan memberi kartu kuning pada Pak Presiden Jokowi maka kami mengundang dokter dokter muda universitas Indonesia untuk praktek di pedalaman Papua, jangan hanya banyak bicara saja di Jakarta sana."
Akun tersebut juga me-mention akun @PemprovPapua, @KedokteranUI.
UI memang memiliki fakultas kedokteran yang cukup terkenal. Dan salah satu masalah kenapa sulitnya mengatasi masalah gizi buruk di kabupaten Asmat adalah kekurangan tenaga medis.
Menurut BBC, di kabupaten Asmat hanya ada 1 rumah sakit, 13 puskesmas, 26 dokter umum. Jumlahnya masih kurang dari yang dibutuhkan.
Kepala Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, Steven Langi, mengakui medan yang sulit dan minimnya tenaga medis menjadi hambatan bagi tim penanganan wabah campak dan gizi buruk dan sekaligus pula membuat kesulitan dalam memprediksi timbulnya wabah campak dan gizi buruk.
"Wilayah seperti Pulau Tiga itu sudah sangat minim personel," kata dia.
Distrik Pulau Tiga merupakan tempat pertama ditemukannya korban jiwa akibat gizi buruk dan campak.
Jika memang Zaadit ini Ketua BEM yang kompeten tentu dia sudah mengecek dari berbagai sumber. Apa masalahnya dan dia seharusnya bisa memberikan solusi yaitu menyuruh teman-temannya yang di kedokteran UI untuk praktek disana. Namun tidak, ia memilih mencari panggung dengan menjadi wasit, dan salah cabang olahraga pula.
Akun @papua_satu besar kemungkinan memang dari Papua dan kita merasakan sendiri bagaimana mereka tidak suka dijadikan objek untuk seseorang mencari panggung. Zaadit memang berhasil mendapatkan banyak perhatian terutama dari para lawan Jokowi. Tapi itu tidak aneh, lawan Jokowi yang kebingungan mencari cara mengalahkan Jokowi akan menelan apapun yang bisa dijadikan senjata untuk menyerang Jokowi.
Namun apa yang didapat oleh rakyat di kabupaten Asmat dari tingkah bodoh anak ini? Tidak ada, jangankan aksi nyata dengan terjun langsung kesana, ide pun tidak ada yang tersampaikan untuk pemerintah. Inikah gerakan mahasiswa jaman now? Sebagai alumni 98 saya lagi-lagi kecewa. Gerakan mahasiswa saat ini sudah tidak murni lagi karena banyak kampus sudah disusupi oleh PKS dan HTI, itu fakta.
Lalu bagaimana reaksi Netizen?
Seperti biasa, selalu ada yang membela salah satunya akun Syarifah, yang mencuitkan
Melindungi segenap rakyat Indonesia termasuk suku Asmat itu KEWAJIBAN PRESIDEN dan amanat Konstitusi. Mahasiswa sudah pada tempatnya bersifat kritis mengingatkan rezim ketika terjadi permasalahan di negeri ini. Mengatasnamakan Papua tapi tidak peduli Papua apa tuh namanya?
Namun dijawab dengan cerdas oleh akun @papua_satu
Pak Presiden @jokowi tidak melindungi suku Asmat? Kaka ko tra perna baca berita? Dari kemarin kemana saja? Gizi buruk su selesai baru kasi kartu kuning ini sama saja kasi kartu kuning pemain sepakbola diluar stadion, itu pintar kah genius eee namanya.
Ada lagi dari akun Isrin_20 dia mencuitkan
@papua_satu kayanya lagi ngelawak juga 😅
yang dibalas oleh @papua satu dengan
Ngelawak ko pu apaee yg gatal? Datang ke Papua sini biar tau kecebong di Papua
Wah kecebong di Papua keren-keren yah, salam dari kecebong Bandung. Saya cukup yakin orang-orang yang membela anak ini ya pasti sealiran dengan anak ini, bani micin juga. Sama-sama penggemar status Jonru dan simpatisan partai yang sama. Jadi bukan berarti rakyat Indonesia, biasanya hanya simpatisan partai tertentu.
Sebenarnya hal biasa kok mahasiswa mendemo Presiden. Sudah sejak jaman Soekarno mahasiswa adalah yang terdepan membela kepentingan rakyat. Saya pun cukup sering berdemo jaman Soeharto dulu, senior saya ada yang diciduk karena menolak Soeharto jadi Presiden lagi.
Namun melihat daya susup partai PKS dan HTI, apakah sekarang aksi mahasiswa memang murni suara rakyat? Saya rasa sudah tidak murni lagi. Buktinya banyak rakyat yang tidak setuju dengan aksi wasit salah lapangan ini.
Bahkan mahasiswa UI pun banyak yang tidak setuju termasuk Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Universitas Indonesia (PMII-UI) yang mengatakan bahwa Aksi Kartu Kuning Ketua BEM UI ke Jokowi adalah Pesanan Pihak Tertentu.
Apakah mahasiswa sekarang sudah seperti politikus? Menjual nama rakyat supaya suatu hari nanti bisa duduk di DPR seperti Fahri? Kenapa gak minta dinikahi saja sama Fahri?
Oh satu lagi...apakah Prabowo berani ke Papua lagi?
0 Response to "Inilah Jawaban Cerdas dari Akun papua_satu Untuk Wasit UI yang Salah Lapangan"
Posting Komentar