loading...
“… kemenangan Jokowi-Ahok bisa mengancam iklim demokrasi di Jakarta; sebab, Ahok ini didukung pebisnis.
Saya tak menyebutnya etnis; barisan pebisnis yang berdiri di belakang pasangan Jokowi-Ahok selama ini sangat berpotensi mencaplok kekuatan politik. Padahal, kekuatan pebisnis mestinya dikontrol oleh kekuatan politik untuk menciptakan iklim demokrasi yang segar.
Saya terus terang sangat khawatir.
Perkawinan politik dan bisnis ini bisa mengancam demokrasi dan kontraproduktif dengan kepentingan rakyat.
Watak bisnis ialah profit dan kerap kali lupa norma hukum. Padahal, yang bisa mengingatkan bahwa bisnis keliru adalah kekuatan politik. Namun, jika politik sudah dicaplok pebisnis, maka masa depan demokrasi di ambang kehancuran. ..." [Jappy Pellokila, Kompasiana, 3 Oktober 2012].
Ya, di atas adala suara dan teriakan sekitar lima tahun lalu. Kini, apakah Amin Rais sudah berubah? Tidak. Amin Rais, menurutku, sementara sakit. Ia mengidap penyakit "Dendam Politik" yang sangat parah, sehingga tak terobati oleh apa dan siapa pun.
Dendam politik yang sangat parah tersebut membuat pada setiap kesempatan Amin Rais menyerang Presiden Jokowi dan mereka yang ia anggap "orangnya Jokowi."
Hingga kini, Amin Rais tetap melakukan manuver-manuver dalam rangka memunculkan opini negatif terhadap kinerja Jokowi. Dan jika, hal-hal itu (dari Amin Rais tersebut) terpublikasi, maka diharapkan memunculkan penilaian negatif dan penolakan terhadap Jokowi.
Hal yang masih hangat dari Amin Rais adalah Sekitar Pilkada DKI Jakarta dan menyangkut Proses Peradilan Ahok.
Sekitar Pilkada DKI Jakarta; Amin Rais, yang Profesor dan Doktor, seakan "tak tahu" atau buta dan tuli tentang ormas keagaman radikal, rasis, anti pilar-pilar pemersatu NKRI yang mendukung salah satu pasangan calon Gub dan Wagub DKI Jakarta. Amin Rais "berkarib ria" dengan mereka.
Sekitar Peradilan Ahok; sekali lagi, Sang Profesor Doktor itu, mengikuti pola pikir paksaan bahwa "Ahok adalah Penista Agama."
Sejak Oktober 2016, Amin Rais berulangkali mengeluarkan umpatan terhadap Ahok. Dengan manisnya, pada berbagai kesempatan, Amin menyebut Ahok sebagai penista agama. Wouuu kereen.
Bahkan, Amin juga menghubungkan Proses Peradilan Ahok dengan Presiden Jokowi, sehingga mendapat kritik dari berbagai pihak; termasuk dari Goenawan Muhamad. Sungguh memalukan.
Nah. Itulah Amin Rais.
Menarik untuk ditelaah, ada apa di balik kata-kata Amin Rais, "Ahok Bebas, Jokowi Finish!?"
Suatu ancaman yang terang benderang.
Mungkin Amin membayangkan bahwa ia bisa "meminjam panggung demontrasi" untuk menggulingkan pemerintah? Atau, Amin mau menjadi "Pusat Diluar Kekuasaan" untuk melakukan Kudeta Sipil?
Entahlah!
Memangnya, pada konteks kekinian, Amin Rais itu siapa sehingga mau meng-finish-kan Presiden Jokowi?
Sorry to say, "Wahai Amin Rais, dirimu bukan siapa-siapa lagi. Sekarang bukan era 1998, ketika itu, dalam diri rakyat ada semangat gulingkan pemerintah."
Oleh sebab itu, Amin Rais perlu tahu bahwa, sekarang rakyat berpihak pada Presiden Jokowi. Sehingga "melawan atau mencoba finishkan Jokowi, maka rakyat akan serentak membelanya. Jadi, saya sarankan, sebaiknya Amin Rais menikmati pensiun; dan tak stop berikan pernyataan yang bersifat ancaman serta provokasi. Nikmatilah hidup dan kehidupan sebagai orang tua yang arif serta penuh hikmat.
Dari Kamar Sebelah, Depok, Jawa Barat
Opa Jappy | Gerakan Damai Nusantara
Sumber
Sumber
0 Response to "HEBOH!!! Amin Rais Mengancam Presiden"
Posting Komentar